Bahkan, jika aku tak mampu berucap, apa hatimu mampu membaca gelagatku?

Jumat, 08 Februari 2013

Tentang Aku, Kamu dan -hubungan- Kita

23.06 Posted by Unknown No comments

Hai kamu, yang selalu menghantui fikiranku.
Bolehkah aku jujur padamu?
Tentang sesuatu yang tak pernah berakhir -untukku, dihidupku-.
Tentang sesuatu yang menurutku selalu hidup.

Ingatkah kamu, saat awal kita bertemu?
Ingatkah kamu, saat awal kau memintaku untuk bersama-sama merajut helaian benang kasih?
Ingatkah? Ingatkah kamu?

Awalnya ku fikir semua ini akan berjalan seiring dengan inginku.
Berjalan berdua, beriringan, saling menautkan kedua jari-jari kita.
Aku bertahan dengan semua ini.
Karena kurasa aku memang bahagia denganmu, bersamamu.

Hingga kamu berubah dan tak pernah ku mengerti lagi.
Mengapa? Mengapa kamu berubah? Mengapa selalu aku -lagi- yang mengalah?
Adakah yang lain dihatimu? Adakah yang mampu menggantikan posisiku? Jawablah! Aku akan mendengarkan setiap bait kata yang terucapkan dari bibir manismu.
Mampukah kau menjawabnya? Mampukah kau menjelaskannya padaku? Mampukah?

Oh ya tak perlu kau jawabpun aku sudah tahu. Aku sudah mengerti.

Aku mencoba memahami.
Mencoba mengerti ketika ku lihat dari depan kelasku, kau berdua, bersamanya.
Aku mencoba mengerti, ketika ku lihat kau berjalan beriringan dengannya. Walau terkadang hatiku selalu bertanya 'mengapa?'
Aku mencoba bertahan setelah ribuan kali kau menjelaskan tak ada apa-apa diantara kalian. -hanya sebatas sahabat- seperti yang kau katakan.

Tapi apakah kau tahu? Apakah kau pernah berfikir tentang apa yang orang lain katakan? Pernahkah kau mencoba mengerti, berfikir dengan keras tentang hubungan mu dengan gadis itu?

Jika aku harus jujur, aku tak pernah menyalahkan siapapun.
Kamu, ataupun dia.

Namun -mungkin- 'stok' kesabaranku mulai menipis.
Aku memutuskan untuk -kita- berjalan masing-masing.
Toh dengan begitu aku memang memberi jalan untukmu dengan nya bukan?

Jika aku harus jujur -lagi-, sesungguhnya ketika aku melepaskanmu,
Tahukah kamu betapa hancurnya hatiku?
Tahukah betapa susahnya aku mengucapkan kata 'sakral' itu? Tahukah kamu?

Aku bertahan.
Walau kita tak lagi berjalan beriringan.
Namun hatiku, masih tetap mengharapkan,
Ketika aku dan kamu menjadi kita.

Bolehkah ku berharap hal itu?
Karena sesungguhnya aku tak pernah mampu berjalan sendirian.
Karena sesungguhnya, sejak awal kau tak pernah melepasku.
Karena sesungguhnya, sejak awal aku bahagia, bersamamu.

Oleh : Siti Nur Hawa, kala awan menangis dan langit menjerit.

0 komentar:

Posting Komentar