Bahkan, jika aku tak mampu berucap, apa hatimu mampu membaca gelagatku?

Sabtu, 28 Juni 2014

Maaf

08.52 Posted by Unknown No comments

Nyatanya aku belum cukup pintar untuk memahi perasaanku sendiri, nyatanya aku bahkan tak cukup pintar untuk menerima kenyataan yang terjadi; bahwa kita tak sejalan lagi.

Aku yang terlalu bodoh? Atau kamu yang terlalu pintar? Nyatanya semesta memang masih selalu saja mengingatkan aku tentang kamu; kita. Dan aku masih, bahkan tak pernah mampu melewatkan ingatanku tentang kamu.

Maaf, aku masih mencintaimu. Maaf, aku belum mampu melupakanmu.
Maaf, aku masih selalu menempatkan kamu disini.
Maaf, aku masih saja merindukanmu.
Maaf, aku masih belum menerima jika nantinya ada dia yang menggantikanku.

With love,

Me, five.

Selasa, 03 Juni 2014

Hai

06.29 Posted by Unknown No comments

Ya. Apa yang aku pendam dan aku kubur dalam kembali mengusik malam yang gundah ini. Kamu, lagi-lagi; si pria dengan kacamata.

2 hari terakhir, aku selalu bertemu denganmu. Agak absurd memang. Kita; yang dulu selalu menghabiskan waktu sehari-hari bersama, kini hanya mampu saling memandang, tanpa ada sepatah kata pun mampu diucapkan; terlebih olehku. Bahkan hanya untuk sekedar saling melempar senyum pun, aku tak mampu.

Nyeri. Nyeri di ulu hati. Saat aku sadari kita tak sama lagi. Apakah kamu merasakan hal yang sama, wahai? Sama tersiksanya denganku, ataukah........ Ataukah mungkin kau telah dengan sengaja melupakan aku? Aku tau, keikhlasan adalah kunci utama untuk melepaskan. Atau bahkan, hingga saat ini aku masih belum mengikhlaskanmu, sayang?

Aku bahkan tak pernah sengaja melupakan engkau, hanya saja, sakit ini terlalu, dan perasaan ini pun mungkin terlalu. Hingga akhirnya melukai diriku sendiri. Aku tak pernah menyesal, hanya saja, aku masih belum mampu; belum mampu melupakanmu. Hanya saja, mengingat bagaimana dulu kita berpisah; tak tahukah engkau saat itu aku ingin memeluk erat dirimu? Tak tahukah engkau bahwa setelah aku membalikan badanku dan kau masih melihat punggungku, air mataku terjatuh? Bahkan, hingga kamu berputar balik pun, aku masih sempat melihatmu, memperhatikanmu, dan mencoba mengikhlaskan kepergianmu.

Aku tak akan pernah berusaha dengan keras untuk melupakanmu. Karena aku sadari, semakin aku mencoba melupakanmu, semakin ku rasa; aku tak mampu.

Ah, lagi-lagi aku ingat saat kamu berkata kurang lebih seperti ini, 'Nanti kalau kuliah tetep gini ya, kamu mau kan?', 'Kamu percaya sama aku nggak?', 'Aku percaya.', 'Yaudah kita jalanin aja.'
   Manis. Bahkan sangat manis. Ah:')

Hi, 2 hari lagi, fail. Selamat ya, selamat pergi. Mungkin kau telah melupakanku dengan atau tanpa disengaja. Sayangnya aku masih harus belajar. Maaf, maaf jika aku masih belum mampu menjadi wanita yang kuat, yang tak lemah; seperti yang kamu minta. Tapi ini aku. Bukan bermaksud menyalahkan takdir, bukan pula ingin menyalahkan waktu. Hanya saja, kenangan kenangan itu tetap bermain dalam ingatanku; hingga membuat rasaku semakin tak karuan. Mungkin dalam pikirmu sudah tak lagi ada aku, hanya sekali lagi; ini aku.

Ini hanya secuil yang selalu aku lakukan jika ingat kamu. Sorry.