Setiap hari aku jalani dengan semangat yang baru. Harus begitu, kan? Walaupun masalah yang terjadi dalam hidupku begitu rumit dan sulit dipahami, namun aku harus tetap membangun semangat yang tinggi. Masa depan ku masih cerah, aku masih harus fokus pada pelajaran disekolah. Walaupun sulit, tak ada salahnya jika mencoba dulu kan?
*drrtdrrt*
From : Radit
Selamat pagi, Gina! Semangat sekolah ya.. I love you.
Radit. Kadang aku berfikir mungkin aku terlalu jahat untuknya. Tapi aku harus bagaimana lagi? Kita berdua sama-sama tersakiti. Kubiarkan pesannya, tak ku balas.
-------------------------------------------------
"Gin, nanti kita ketemu di ruang musik ya!"
"Mau ngapain, Ri?"
"Udah dateng aja."
"Hmm."
"Aku duluan ya, nanti kamu nyusul. Ngga boleh bawa orang lain. Cuma kamu aja!"
"Iya, Rian."
Rian melangkahkan kakinya menuju ruang musik. Aku heran, 'Ada apa?' fikirku. Kulihat punggung nya sudah menghilang di balik pintu. Aku kemudian pergi menyusulnya. Huh, untung saja pelajaran jam ke-5 ini kosong, jadi anak-anak satu kelas tidak akan menyadari Aku dan Rian pergi.
-------------------------------------------------
Ku dengar dia memetik senar gitar, lalu suaranya mengalun indah.
Indah, terasa indah
Bila kita terbuai dalam alunan cinta
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan saling memiliki
Air mataku mulai bermuara dikantung mata. Menunggu si empunya menutup mata agar kemudian mereka terjatuh. Ya, aku akan menangis.
Namun bila, itu semua
Dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
Tak semudah seperti yang pernah terbayang
Menyatukan perasaan kita
Tetaplah menjadi bintang dilangit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita berdua
Sudah, terlambat sudah
Kini semua harus berakhir
Mungkin inilah jalan yang terbaik
Dan kita mesti relakan kenyataan ini
*DEG*
Air mataku kemudian meluncur bebas. 'Rian, kenapa harus begini?'. Aku masih terus mendengarkan lantunan suara indahnya.
Tetaplah menjadi bintang di langit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinar mu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita berdua
Menjadi saksi kita berdua
Lagupun selesai. Aku membuka pintu ruang musik dengan hati-hati lalu kemudian ku tutup rapat-rapat, takut-takut jikalau nanti ada yang mendengar perbincngan kita.
"Suara kamu bagus." Aku tersenyum kepadanya. Aku sedikit menghapus air mataku.
"Makasih."
"Ada apa, Ri?"
"Nggak apa-apa, cuma mau berduaan sama kamu, hehe."
"Haha apasih kamu." Mukaku memerah. Sungguh, aku malu.
"Mukanya merah tuh, haha."
"Ihh Rian apaansih?" Aku memukul lengannya.
"Aww. Sakit tau."
"Bodo."
"Cie marah ciee."
"Biarin."
"Baguslah kalo kamu marah, jadi aku ngga perlu susah-susah nyari cara biar kamu benci sama aku."
"Eh?"
"Iya. Kan nanti kamu emosi sama aku jadi kamu bakal benci sama aku."
Air mataku kemudian jatuh lagi. Kenapa Rian berkata seperti itu? Kenapa, Tuhan?
"Kamu mau bikin aku benci sama kamu? Silakan. Haha" Aku menatapnya sinis. Sungguh aku tak suka situasi seperti ini.
"Silakan kamu mau bikin aku benci. Tapi satu hal, aku ngga akan pernah ngebenci kamu! Aku kecewa sama kamu, Ri!"
"Jangan nangis, Gin."
"Apa peduli kamu sama aku, hah?"
"Jangan nangis." Dia mengusap pipiku pelan. "Jangan nangis."
Air mataku semakin turun deras. Rian pun memelukku.
"Kamu jangan nangis, Gin."
Aku tak menjawab ucapannya. Mengapa harus seperti ini, Tuhan? Mengapa Rian harus memelukku? Mengapa Rian semakin meyakinkan aku tetapi tak pernah ada kepastian yang sebenarnya?
"Udah ya, jangan nangis lagi."
Akupun mengangguk. Dia melepaskan pelukannya, lalu mengusap sisa air mataku, semakin membuat aku tersiksa.
"Kamu malaikatku, perempuan yang aku cinta setelah ibuku. Jadi, tolong jangan menangis lagi. Kalau kamu nangis, hati aku sakit. Apalagi pada kenyataannya kamu nangis gara-gara aku. Jangan nangis lagi, ya."
"Hmm" Akupun mengangguk. "Jadi, untuk apa kita disini?"
"Aku pengen denger kamu nyanyi."
"Aku ngga bisa nyanyi."
"Jangan bohong. Aku itu tau kamu. Aku tau bakat kamu dibidang musik itu tinggi. Nyanyi ya, buat aku. Tadi kan aku udah nyanyi."
"Yaudah, iya."
Aku melangkahkan kaki ku menuju piano. Lalu ku tekan tuts tuts piano itu lembut.
When I look into your eyes
It's like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
There's so much they hold
And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul?
I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up
And when you're needing your space
To do some navigating
I'll be here patiently waiting
To see what you find
'Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We've got a lot to learn
God knows we're worth it
I won't give up
I don't wanna be someone who walks away so easily I'm here to stay and make the difference that I can make
Our differences they do a lot to teach us how to use The tools and gifts we got yeah, we got a lot at stake
And in the end, you're still my friend at least we did intend For us to work we didn't break, we didn't burn
We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I've got, and what I'm not
And who I am
I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up
Still looking up
*Prokprokprok*
"Suara kamu bagus banget, Gin."
"Makasih, Ri."
"Gin, aku sayang sama kamu."
"Aku tahu."
"Tapi, rasa ini, biarkan hanya kita berdua yang tau."
"Hmm."
Rian mulai memetik senar gitarnya lagi.
"Kamu tau lagu ini, kan?"
"Mmm, pyramid?"
"Ya. Mainin ya."
Aku hanya mengangguk. Lalu kami pun memainkan alat musik bersamaan dan lantunan indah mengalun dari bibir kita.
Shawty's love is like a pyramid (ooh)
We stand together till the very end (eh ooh)
There'll never be another love for sure (ooh)
Stones, heavy like the love you've shown
Solid as the ground we've known
And I just wanna carry on
We took it from the bottom up
And even in a desert storm
Sturdy as a rock we hold
Wishing every moment froze
Now I just wanna let you know
Earthquakes can't shake us
Cyclones can't break us
Hurricanes can't take away our love
Pyramid, we built this on a solid rock
It feels just like it's heaven's touch
Together at the top, like a pyramid
And even when the wind is blowing
We'll never fall just keep on going
Forever we will stay, like a pyramid
Cold, never ever wear any clothes
We will never let it fall
A story that was never told
Something like a mystery
And every step you took we've grown
Look how fast our time has flown
A journey to a place unknown
We're going down in history
Earthquakes can't shake us
Cyclones can't break us
Hurricanes can't take away our love
Pyramid, we built this on a solid rock
It feels just like it's heaven's touch
Together at the top, like a pyramid
And even when the wind is blowing
We'll never fall just keep on going
Forever we will stay, like a pyramid
Call me up, just just like that
Call me up, just just like that
Call me up, call me up, oh oh oh oh oh
Call me up, just just like that
Call me up, just just like that
Call me up, call me up, oh oh oh oh
Pyramid, keep it going
Pyramid, we built this on a solid rock
It feels just like it's heaven's touch
Together at the top, like a pyramid
And even when the wind is blowing
We'll never fall just keep on going
Forever we will stay, like a pyramid
Built this on a solid rock
It feels just like it's heaven's touch
Together at the top, like a pyramid
And even when the wind is blowing
We'll never fall just keep on going
Forever we will stay, like a pyramid
Pyramid, pyramid, pyramid, pyramid
Pyramid, pyramid, pyramid
Dia melihat kearahku. Lalu aku tersenyum penuh makna kepadanya.
"Aku sayang, aku cinta sama kamu, Gin!"
"Ya, akupun."
"Rasa ini mungkin gak akan pernah mati buat kamu, walaupun nanti pada akhirnya aku akan bersama orang lain. Aku cuma pengen kamu tau, kamu, pemilik hati aku."
"Kita terlalu banyak berkorban untuk orang lain, Ri."
"Kita nggak boleh egois, Gin. Biarkan cinta ini hanya kita yang merasakan. Biarkan ini menjadi cerita yang hanya kita berdua yang akan mengenangnya. Kita masih bisa bahagia, walaupun kita menjalani hidup masing-masing, walaupun...... Kita ngga bersatu."
"Ya, orang lain lebih penting. Hahaha."
Dia diam.
"Kenapa Tuhan mentakdirkan hidupku seperti ini? Ini semua sulit, untukku. Kita saling mencintai, tapi kita harus menguburnya dalam-dalam."
"Kadang, Tuhan mempertemukan dua insan yang saling mencintai, saling membutuhkan, dan saling menyayangi tetapi tidak untuk saling memiliki."
"Jadi kita harus bagaimana? Terus menutupi perasaan kita dari orang lain?"
"Hmm, untuk sekarang mungkin begitu. Berdo'a saja."
"Ya."
"Udah yuk, kita balik ke kelas. Kamu dulu gih! Biar nggak pada curiga."
"Iya. Duluan, ya."
"Gin," Dia memegang tanganku. Aku menoleh. Lalu dia mengecup pelan keningku. "Aku sayang sama kamu. Sekali lagi, aku sayang sama kamu."
Hari ini, hari yang tak akan pernah ku lupakan. Sungguh.