Bahkan, jika aku tak mampu berucap, apa hatimu mampu membaca gelagatku?

Sabtu, 30 November 2013

Kimia

23.31 Posted by Unknown No comments

Gas mulia ( noble gas) adalah kelompok unsur yang termasuk golongan VIIIA pada sistem periodik unsur. Unsur-unsur ini mendapat nama gas mulia dikarenakan pada awal penemuannya sampai beberapa tahun kemudian hanya ditemukan dalam bentuk murni tidak dalam bentuk senyawa.

Neil Bartlett, orang pertama yang membuat senyawa gas mulia. Dia mengetahui bahwa molekul oksigen dapat bereaksi dengan platina heksafluorida, PtF 6 membentuk padatan ionik [O 2 + ][PtF 6 –]. Oleh karena energi ionisasi gas xenon (1,17 x 103 kJ mol –1 ) tidak berbeda jauh dengan molekul oksigen (1,21 x 10 3 kJ mol–1 ), Bartlett menduga bahwa xenon juga dapat bereaksi dengan platina heksafluorida.

2. Sifat Fisika Golongan VIIIA / Gas Mulia
Gas mulia dianggap stabil karena memiliki konfigurasi elektron yang terisi penuh :
He : 1s2
Ne : 1s2 2s2 2p6
Ar : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Kr : [18Ar] 3d10 4s2 4p6

Gas mulia merupakan gas monoatomik, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Argon, kripton, dan xenon sedikit larut dalam air akibat terjebak di antara molekul air. Helium dan neon tidak dapat larut dalam air, sebab jari-jari atomnya terlalu kecil hingga dapat meninggalkan air.

Sifat Kimia Gas Mulia

1) Bilangan Oksidasi +2
Kripton dan xenon dapat membentuk KrF2 dan XeF2 jika kedua unsur ini diradiasi dengan uap raksa dalam fluor. Xe (II) dapat bereaksi selanjutnya menjadi XeF4 jika suhu dinaikkan. XeF2 dan KrF2 berbentuk molekul linier dengan hibdridisasi sp3d

2. Bilangan Oksidasi + 4
Xenon(IV) fluorida dapat dibuat dengan memanaskan campuran xenon dan fluor dengan komposisi 1 : 5 pada tekanan 6 atm, dan menggunakan nikel sebagai katalis. XeF 4 mempunyai struktur bujur sangkar dengan hibridisasi sp3d2 pada suhu 400°C.

3) Bilangan Oksidasi +6
Hanya xenon yang dapat membentuk XeF6. Xenon (VI) fluorida mempunyai bentuk oktahendral (distorted).

4) Bilangan Oksidasi +8
Xe (IV) dapat dioksidasi menjadi Xe (VIII) oleh ozon dalam larutan basa. Xe (VIII) hanya stabil dalam larutan. Selain senyawa xenon, telah berhasil dibuat kripton fluorida, KrF2 dan radon fluorida, RnF2

Sabtu, 23 November 2013

03.12 Posted by Unknown No comments

Karena yang istimewa tetaplah istimewa. Tidak ada yang tergantikan. Hanya tersimpan di dalam ruangan di lorong kenangan.

Rabu, 13 November 2013

A Letter For You 8 : Tft

05.30 Posted by Unknown No comments

Thanks for today? Or thanks for tonight? Hahahaha thanks for today, dearest!

Kali ini mau pake bahasa Indonesia aja ya.. Gue males mikir nih:( huahaha
Ngga tau kenapa aku kangen kamu banget. Huftness gak si?:') Tapi.. Entah kenapa juga, sore ini... Aku bahagiaaaaaaaaaaaaaa banget. Lebay ya gue:( hehe gapapa deh mwah!

“Aku tau ko kamu seneng kan? Keliatan kali dari ekspresi mukanya.”

Udah lama nggak ngerasain hal yang kayak gini. Asli deh! Ini nyaman. Nyaman banget:') Aaaaaa I can't describe my feel. Yang jelas aku bahagia banget:-D

Terimakasih. Terimakasih untuk segalanya. Aku kangen kamu loh hahaha.

Terakhir, I love you, as always.

—Me

Senin, 28 Oktober 2013

A Little Conversation

06.53 Posted by Unknown No comments

Apa ya? Eum... Here's just a little conversation between us. Hi, there. I miss you. Should I lie to you? I don't want to miss you. But, my heart did.

Monday, October 28th 2013

“Hari ini maafan ya? Salaman dulu atuh biar afdol”

*salaman*

”Tapi kemaren mah aku bercanda marahnya”

”Gapapa da aku mah beneran”

”Oh gitu? Aku lebih beneran”

”Ih kan.”

”Apa? Marahan lagi ya, 3 hari. Berarti hari Kamis baru baikan lagi.”

”Apa? Kenapa?”

*madep depan*
————————————————

”Apa kabar hari ini?”

”Baik”

”Ngga akan nanya balik nih?”

”Ngga. Aku tau kamu jauh lebih baik“

”Eum... never been better without you

”Naon atuh”
————————————————

”Bikinin aku kata-kata dong, hadiah ulang tahun ih.”

”Ngga mau”

”Atuh please

”Ngga”

”Yaudah”
————————————————

”Hai.”

”Hai, Haw.”

”Hahaha”
————————————————

”Awas Haw pindah ih”

”Apasih”

*semenit kemudian*

”Haw ih awas haaw”

”Naon sih? Udah disitu aja kenapa sih?”

”Atuh Haw”

”Gandeng”

————————————————

”Gimana sama yang barunya, Haw?”

”Ngga perlu nanya ke aku dulu deh. Sekarang kamu tanya sama diri kamu sendiri”

”Aku mah baik-baik aja”

”Ya kalo kamu baik-baik aja, aku lebih baik lah dari kamu. Masa kamu baik-baik aja sedangkan aku ngga? Ogah. Hahaha”

”Oh gitu?”

”Iyalah”
————————————————

”Ih kamu smsan sama siapa?”

”Yang baru dong”

”Oh gitu? Jangan smsan ih aku cemburu.”

”Naon atuh”

”Eum”

*ngajak yang lain makan*

”Mau dong di suapin sama kamu”

”Gamau”

”Atuh ih jahat. Atuuuuuh mau di suapin”

”Ngga mau”

”Nyanggeus”

————————————————

“Sekarang jam berapa?”

”Eum....... Jam 6”

”Pasti sebentar lagi ada yang galau terus marah-marah gera”

”Ya atuh da aku juga galau karena kamu kali”

————————————————

Hahaha. I miss you. What should I do now?

Selasa, 15 Oktober 2013

Move... On? Yes!!=)))

01.38 Posted by Unknown No comments

Ini terinspirasi dari tulisan di bawah wks... Gue mau move on guys! Semoga yang ini ga kayak yg dulu, gak harkos juga, amiiin!
Terimakasih kadonya, shen! Much love, mwah

Senin, 14 Oktober 2013

A Letter For You 7 : Trying to let you go. Should I?

22.01 Posted by Unknown No comments

Hey, you. I just hoping this is not the last letters I write for you. I found someone who makes me feel better. But, I miss you, sometimes. I'm not give up on you. I just trying not to care all about you and open my heart for the others. I just trying to let you go, even though I know, that's not easy. Maybe sometimes we can meet at the good time once again, v. I'll not say good bye. But, see you next time. I will try to let you go like you let me go.

See you next time, v. I love you, as always.

—Me.

Senin, 07 Oktober 2013

A Letter For You 6 : Worst Feelings Ever!

04.16 Posted by Unknown No comments

How are you? Fine? I hope you will always fine, there. Huh. Don't you know I always think of you? Don't you feel that? I don't know what should I do now, dearest. My heart feel so bad. Really, it's a worst feeling ever when I know that your heart was never feel me anymore. Why can't I do the same thing like you did to me? Why can't I let you go like you let me go when I am too in love with you?

I'm just a human with no ability to move on, from you. I'm just a stupid girl who can't move on from you. I'm just a woman who always stay on the way that can make me hurt. Yes, I don't care if I was hurting my heart, if it can make you happy, I will do that. But, don't go from my life. I don't care if you don't have the same feel anymore. I just care about you, not my self. Yes you. Just you. Don't force me to forget or erase you from my life. Because, I can't and I don't want to do that, v.

Thank you for inspiring me and my life. I'm so happy to know you and be with you, even though for a short time.

”Bukannya aku hendak mengeluh, hanya saja terlalu sebentar kau di sini.” — B.J.Habibie

Do you understand, v?

—Me.

Jumat, 04 Oktober 2013

A Letter For You 5 : Do you still feel the same?

01.25 Posted by Unknown No comments

There's just a little bit conversation between us. Don't you miss me? Don't you miss to talk to me?

It's hard to let people go, like you. Three months gone but I'm still stuck on you. Funny isn't it? I can't erase you, also the memories we have got.

How are you there? Are you fine without me? Haha. Maybe, you see me that I can smile even though you left me, I can be happy even though you're not there. I am tired of this drama. Don't you know? I am crying inside at the night and feel so lost when I realize, I'm not yours anymore.

Do you still feel the same? Or am I the only one who still feel the same?

—Me

Minggu, 29 September 2013

A Letter For You 4 : Should I give up?

06.20 Posted by Unknown No comments

One minute ago, before I wrote this letter, I was reading our text. I remember how we talk each others. And do you know what happend to me? My heart beat faster, my feel is uncontrolable. Everytime with you was playing like an old-film on my mind.

Do you still remember everytime with me?

Then, tonight I realize that.... Huh. Why did you go? Why did you leave me alone? I will fight for you, forever. But, would you do the same thing? Now, I don't know what should I do, cause you aren't same anymore.

Should I give up on you?

—Me.

Rabu, 25 September 2013

A Letter For You 3 : I Miss You. I Miss Us.

01.40 Posted by Unknown No comments

I miss our conversation. Can I go back to the day when I feel better with you? Can we go back to every moment that we've made? No one else. My heart is always yours, dude!

I wish that you will be here by my side, cause I know I need you so much. Everytime I feel that I'm better without you, a part of my heart would say, "You're weak and he is your weakness." Then I realize that I was never been better without you.

I always wondering that you were never be better without me, hahaha. Funny isn't it? You make me crazy all the time.

When will you come back? I'm tired of this situation, without you.

—Me

Senin, 23 September 2013

Mengapa Berubah?

03.58 Posted by Unknown No comments

Selamat malam wahai rembulan yang sinarnya selalu membentuk senyum manismu,
Malam ini langit begitu cerah,
Namun nyatanya hatiku tak secerah langit kota Bandung malam ini.

Aku berjalan sendiri, menyepi,
Ingatanku kembali pada kamu, pada kita,
Ya, kita yang dulu.

Kali ini, duka menyelimuti diriku,
Malam yang sendu, pikirku,
Ah, lagi, malam ini aku hanya sendiri, tanpa kamu lagi.

Semuanya telah berakhir,
Berakhir menjadi puing-puing kenangan yang menghantui pikiran,
Tahukah kamu bahwa aku selalu merindu?
Merindukan mu, setiap waktu.
Entahlah, luka ini memang mungkin tak kan sembuh,
Akan selalu terkenang,
Akan selalu membekas.

Lorong ingatanku berjalan pada kejadian-kejadian saat pertama,
Kita berbagi canda,
Tawamu, senyum mu, selalu dapat ku nikmati walau tak ada seorang pun yang tahu,
Lalu, saat ku berikan semua hatiku untukmu,
Aku tahu saat itu, kamu memang untuk ku, milik ku.

Manis.
Segalanya berjalan manis sebelum akhirnya kamu memutuskan untuk pergi,
Untuk mengakhiri segalanya.
Ada apa? Ada apa denganmu?
Hatiku terasa sesak.
Separuh jiwa ku terasa hilang,
Entah mengapa, namun itulah kenyataannya,
Hatiku hampa, bagai daun yang jatuh dari tangkainya, tak berdaya.

Segalanya berubah cepat,
Secepat kilat yang menyambar.
Mungkin, memang hanya aku yang merasa kehilangan,
Karena sedari awal, aku yang menaruh harapan terlalu besar,
Pada kamu, bintang hatiku.
Kamu berubah, tak lagi sama,
Tak ada pesan, tak ada canda tawa, tak ada senyuman, tak ada apa pun.
Tahukah? Tahukah kamu bagaimana terpuruk nya aku?
Dimana kamu yang dulu?
Kemana aku harus mencari jiwamu yang dulu?
Tidak kah kita mencoba untuk kembali seperti dulu,
Walaupun tak ada ikatan, namun tetap ada percakapan singkat,
Aku hanya meminta itu, simple bukan?
Tak bisakah kamu menghiraukan kicauan orang lain?
Karena segala ini adalah tentang hati, dan mereka tak pernah merasakan apa yang aku rasakan.

Hidup itu memang keras,
Kenyataan itu memang pahit,
Dan kehilangan itu memang menyakitkan,
Terlebih yang kini aku rasakan adalah kehilangan kamu,
Kebahagiaanku.

Dari ku, untukmu.

Dedicated for someone who can't be moved

Minggu, 22 September 2013

Love In the Rain

02.48 Posted by Unknown No comments

Lelaki itu menatap rintikan kecil di luar sana. ’Ah, hujan’, pikirnya.
Ingatannya melambung pada kejadian kemarin. Ia teringat pada sosok wanita yang semalaman tadi menghantui pikirannya, hingga sekarang, hingga malam ini. Wanita yang membuatnya jatuh cinta dengan hujan. Wanita yang membuatnya mengerti sepercik realita kehidupan. Wanita yang di temuinya di sudut kedai kopi untuk menunggu hujan. Ah, mengapa ia harus merindukannya?

~~~~~
———

Siang ini Jakarta diguyur hujan. Aku memutuskan untuk berteduh sejenak di kedai kopi yang ada di depan kampus ku. Ku buka pelan pintu kaca, lalu ku edarkan pandangan ku mengelilingi kedai kopi ini. Penuh. Lalu kemudian mataku berhenti di sudut ruangan. Ada satu kursi tersisa. Namun, ada seorang wanita duduk di depan kursi kosong itu. Ku lihat wanita itu menyesap pelan secangkir kopi panas yang ada di hadapannya. Matanya tak lepas dari guyuran hujan di luar sana. Bibirnya mengulum senyuman. Manis.
Entah mengapa, ada sesuatu yang menarikku untuk segera menghampirinya.

”Hai. Boleh saya duduk disini?”
wanita itu menoleh kaget, lalu kemudian mengangguk pelan.
”Terimakasih.”

Ku panggil pelayan, lalu ku pesan secangkir Vanilla Latte kesukaanku. Ku pandangi lekat-lekat wajahnya. Memang benar, wanita ini sangat manis. ”Tidak perlu menatapku seperti itu. Aku bukan seorang teroris ataupun artis terkenal.”
”Eh..”, aku tersentak, ”Maaf.”
”Hm”
”Kalau boleh tahu, kamu suka hujan?”
”Ya, aku menyukai hujan. Namun, aku juga membenci beberapa bagian dari hujan.”
Aku menyesap kopi yang telah ku pesan, pandanganku tetap tak beralih darinya.
”Kamu suka hujan?”
Aku tersentak, ”Kau bertanya padaku?”
”Ya.”
”Aku tak suka hujan. Hujan seolah membawa duka untuk orang-orang. Aku benci dengan hujan.”
”Kamu belum merasakan sensasi sebenarnya saat air yang turun dari langit itu membasahi wajahmu. Menurutku, hujan datang untuk melenyapkan rasa lelah yang tergambar dari wajah kita. Kesejukannya akan membawa ketenangan pada hati. Kamu mau coba?”
”Di luar hujan besar, kau gila? Nanti kita sakit, kau mau?”
”Kamu percaya saja padaku. Cepat habiskan kopimu.”
Aku pun menyeruput kopi yang tersisa. Lalu, aku mengikuti gadis itu keluar kedai. Entah mengapa, aku bahkan tak tahu siapa namanya. Namun ia mampu menarikku ke dalam ’dekapan magnetnya’.

Dia berlari menuju taman sebelah kedai. Aku melihatnya tertawa lepas. Dia membalikkan badannya, lalu berteriak, ”Sini cepat!”
Aku pun berlari mengikuti perintahnya. Dia menarik tanganku, lalu menyuruh untuk membentangkan tanganku itu.
”Coba liat ke atas. Jadilah teman hujan, dan rasakan kesejukan yang kamu rasakan.”
”Oke.”
Aku pun menuruti perintahnya. Dan, perlahan hujan membasahi wajahku. Sejuk. Ia benar, aku merasakan kesejukannya.
Aku menutup mata, dan merasakan aliran hujan mulai membasahi pakaian ku.
”Gimana? Aku bener kan?”
”Hmm..”
”Duduk di kursi itu, yuk!”
Aku mengangguk pelan, lalu detik kemudian ia menarik tanganku -lagi-
”Aku mencintai hujan, hujan selalu membawa dan mengangkat seluruh duka, letih dan kelelahan yang selalu aku rasakan. Walupun aku tahu, ada kesesakan kala aku ingat seseorang yang mengenalkan ku pada hujan. Aku percaya, hujan adalah teman yang tak akan pernah mengkhianati. Aku juga tahu, hujan datang tak selalu membawa pelangi, sama seperti hidup yang kadang tak berwarna. Namun, bukankah kita harus tetap percaya bahwa kebahagiaan selalu datang dan selalu Tuhan ciptakan untuk kita? Oh ya, terimakasih sudah mau menemaniku bermain.”
”Sama-sama, terimakasih juga telah memberi tahu ku tentang hal ini.”
”Aku harus pergi. Sekali lagi, terimakasih, ya. Belajarlah mencintai hujan!”
”Kau mau kemana? Hey! Tunggu! Siapa namamu?”
”Aku akan memberitahu mu jika kita bertemu lagi saat hujan. See you!”
”Aku tunggu!” ucapku berteriak. Dia pun mengacungkan jempolnya dan berlari di tengah derasnya hujan.

~~~~~
———

Untuk kamu, yang mengenalkanku pada hujan
Malam ini, Jakarta di guyur hujan -lagi-
Ah, entah mengapa aku merindukan kamu,
Kamu yang semestinya asing dalam hidupku
Namun, sekali lagi, entahlah aku merindukan kamu, dan senyum manismu
Sayangnya, aku tak tahu namamu,
Aku ingin bertemu denganmu, sungguh,
Karena ku rasa, aku jatuh cinta padamu,
pada kamu, yang mengenalkanku pada hujan,
Semoga Tuhan akan mempertemukan kita kembali pada saat hujan

Sabtu, 21 September 2013

A Letter For You 2 : Take Care!

07.35 Posted by Unknown No comments

Hi, you. Good night!
I've written this letter, for you. I know I can't sent this letter, because I know, I'm not yours anymore. I can't share any thing to you. Huh. I've tired of this situation. But, what should I do, now? You've gone and leave me here all alone.

Okay, back to the topic, hehe.
I know you're so busy with your organization. But, that's the last of your program, right?
Take care, take care, take care.
Take care with any thing. I know you can do the best! Be a leader who always keep fighting for everything! I always pray for you, here.

I love you.
—Me

Kamis, 19 September 2013

No-Title

22.45 Posted by Unknown No comments

Jejak - jejak langkah kakimu masih tertapak di pasir itu,
Ya, pasir pantai di ujung pulau,
Ombak yang menggulung seakan tak mau menghapusnya,
Menghapus jejak kakimu, jejak kakiku, jejak kaki kita.
Senja menggulung, mengukir jingga yang mengulum senyum,
Senyum manis, namun tak semanis senyuman mu,
Senyuman yang dulu masih milik ku.

Aku terdiam,
Kamu terpaku,
Kita membisu,
Menatap deburan ombak ditemani langit yang gelap dihiasi ribuan bintang,
Lagi, mereka membentuk senyuman mu,
Sekali lagi, senyum yang dulu masih milik ku.

Dalam kenang lalu,
dan dalam getar duka,
Hujan menemani tangisan malam ini,
Malam saat aku menyadari kamu tak lagi di sampingku,
Lagi, kini aku sendiri,
Tanpa kamu, ataupun bayanganmu.
Bagaimana bisa aku melihat bayanganmu jika kamu saja tak ada di hadapanku?!
Ah, lagi, air mataku jatuh  bersamaan dengan air hujan yang menyapa malam,
Hanya dingin yang menemani hati dan jiwa yang kosong ini,
Aku lelah,
Lelah pada kenyataan bahwa aku bukan milik mu lagi,
Lelah pada kenyataan bahwa aku tak mampu bersamamu lagi,
Lelah pada kenyataan bahwa aku kini sendiri,
Lalu, siapa yang akan ku cari saat ini jika kamu tak ada lagi?
Kepada siapa aku harus datang ketika aku membutuhkan pelukan saat hati ku lelah bertahan?
Kepada kamu-kah aku harus datang? HAHAHA!
Lucu-kah?

Aku tak nyaman dengan keadaan ini,
Keadaan dimana aku harus berpura-pura tak mengenal 'kita',
Beritahu aku, kemana aku harus berjalan?
Karena di persimpangan ini, aku tak menemukan mu sama sekali.
Pulanglah dengan segera,
aku selalu menantimu.

The Answer

07.10 Posted by Unknown No comments

Hai.
Aku cuma mau bilang, ”Iya, kamu emang ngangenin, sampe aku juga kangen setiap waktu sama kamu.”
Huh. Cepet balik, gue kangen sumpah!
Ngeselin tapi ngangenin, kan?”

Stuck. Bunuh aja gue bunuh. Huh. Bisa aja ya bikin gue stuck ga bisa ngapa-ngapain.

Senin, 16 September 2013

A Letter for You

05.30 Posted by Unknown No comments

Good night, there. I've missed you all the time. Everytime I am in the crowd, I always think of you. I don't know why, but that's the fact that I've never been better without you. Huh, there's nothing from you. No missed calls. No voice-mails. No text messages. Nothing.
I've stopped being sad. I've tried stop missing you. But I think it's pretty obvious that I still love you. Hahaha funny isn't it?
Now, I am a human with no ability to moving on. Hfa. I love you:')

Sabtu, 14 September 2013

Demi Bahagiamu

04.45 Posted by Unknown No comments

Demi nyiur yang menari di ujung pasir putih,
dengan kenangan yang menyeruak memecah gelap
Aku berjalan memendar sunyi, sendiri

Bayanganmu seakan menjadi candu,
candu hidup yang semakin hari semakin menggerogoti hati
Lorong ingatanku berjalan menuju hari dimana kita mengucap cinta,
disini, aku memadu kasih, mengucap kata 'ya' dan merasakan peluk hangat tubuhmu, untuk yang pertama kali
Rindu semakin menggerogoti pikirku, saat ku sadari malam ini aku telah sendiri, tanpa mu lagi

Demi indahnya matahari yang terbenam di ufuk barat, sungguh, aku tak ingin kamu pergi
Banyak kata yang belum sempat ku sampaikan,
Banyak kerinduan yang sampai saat ini ku pendam,
Banyak, segala hal tentangmu selalu banyak menutupi akal sehatku
Haruskah? Haruskah kita berpisah secepat ini saat baru saja kita temui satu persimpangan jalan?
Haruskah? Haruskah kamu bertanya kemana kamu harus pergi saat kau lihat dengan jelas aku menunggumu di ujung persimpangan jalan yang lain?
Lalu, mengapa kamu meninggalkanku saat aku masih berdiri menantikan kamu?
Haruskah kita berjalan sendiri, lagi?

Aku merindukan kamu, merindukan setiap petikan senar gitar yang tercipta hanya untuk ku
Aku merindukan kamu, merindukan setiap ucapanmu yang selalu membuatku merasa aman
Aku merindukan kamu, merindukan sederetan angka dan soal matematika yang siap kau ajarkan padaku
Aku merindukan kamu, merindukan kebisuan bibirku saat aku berhadapan denganmu
Aku merindukan kamu,
merindukan setiap detakan jantungku yang berjalan secepat kilat saat aku bersamamu
Aku merindukan kamu, merindukan kegugupan ku saat kamu menatapku
Aku merindukan kamu,
merindukan senyum manismu yang hanya untukku
Aku merindukan kamu, merindukan belaian tanganmu di kepala ku
Ah, aku terlalu merindukan banyak hal darimu
Merindukan 'kita', yang dulu

Haruskah kita mengawali cerita kembali untuk saling menemukan?
Seperti Adam dan Hawa yang bertemu -kembali- saat Sang Kuasa memisahkan
Apakah? Apakah kamu mau berjuang menemukan ku seperti aku yang akan selalu berjuang untukmu?

Secangkir kopi menjadi saksi, saat kebisuan menjelma menutupi bibir yang siap mengucap sepatah kata
Jangan pergi, aku tak mampu sendiri, tanpamu.
Namun lagi, tak ada yang mampu membayar mahal kesunyian yang tercipta malam ini, malam saat aku harus membiarkanmu pergi
Hatiku berontak, akal ku mendadak tak sehat
Aku tak mau! Aku tak mau kamu pergi, sayang.”
Namun nahas yang terjadi,
sekali lagi, bibir ku membisu, sulit tuk berucap
mataku menatap nanar bayangmu yang pergi menjauh
Sakit. Sakit yang ku rasa kala aku harus membiarkan mu meninggalkan ku

Namamu selalu terucap saat aku memanjatkan sepucuk do'a pada Sang Kuasa
Masih do'a yang sama, seperti dahulu saat kita masih bersama
Masih do'a yang sama, mungkinkah Tuhan mempersatukan kita -lagi- ?

Demi bahagia yang Tuhan cipta untukmu, walau aku harus terluka kala aku menyadari hal ini, aku rela
Ku biarkan kamu pergi, agar kamu mengerti, kamu terlalu berarti untuk tak ku bahagiakan
Sekali lagi, ku biarkan kamu pergi, agar kamu memahami, kamu selalu patut ku bahagiakan, walau bahagiamu menyiksa hati dan diri ku

Malam ini, aku hanya berharap
Berharap agar kamu tak pernah lupa dengan hari itu
Berharap agar kamu 'cepat pulang' dan 'tahu jalan pulang'
Berharap........ kamu tak pernah menyesali 'kita'
Untukmu, kebahagiaanku
Aku, selalu disini, untukmu

Senin, 09 September 2013

Kamu; Segeralah Pulang dan Kembali

02.12 Posted by Unknown No comments

Sejatinya, rasa dan hati yang ku punya -saat ini- adalah untukmu, atau bahkan rasa ini akan selamanya bersemayam di hatiku. Who knows? Entah itu akan menjadi hal yang buruk, atau justru sebaliknya, aku tak tahu. Yang jelas, hati ku selalu milikmu. Hingga detik ini, saat kamu membaca serangkaian ungkapan hatiku.

Lumrah nya, berjalan itu kedepan, kan? Iya, ke depan. Lah aku? Masih selalu diam di tempat. Tak ada yang lain yang ku lakukan. Hanya menunggu mu kembali. Kembali merajut cerita usang. Kembali menggenggam tanganku, memberiku kekuatan untuk segala hal. Karena sesungguhnya, aku membutuhkan mu untuk selalu merawat hatiku yang rapuh.

Selalu, lagi-lagi kamu yang selalu membuat ku resah dalam satu waktu. Membuat kebahagiaan dan luka dalam waktu sekaligus. Hebat. Sungguh.
Perasaan ku mungkin telah mengakar kuat di dasar hati tempat ia tumbuh. Salahkah? Please, if it's wrong, tell me now! :')

Hai kamu, sejujurnya, banyak hal yang ingin ku sampaikan padamu. Hanya saja, aku tak tahu harus memulainya darimana. Yang jelas, hati aku masih selalu milikmu. Rinduku masih untukmu. Be right back, ya. Aku tunggu.

Semoga yang pergi; cepat kembali dan tidak lupa untuk kembali. - Dwitasari

Untuk kamu, calon polisi di masa depan.

Minggu, 01 September 2013

Lagi; Tentang Kamu

04.06 Posted by Unknown No comments

Aku baru sadar akan sesuatu hal, lewat sebuah tweet yang isinya kurang lebih kayak gini

       ”pelajaran dari senja: sebab beberapa hal yang indah hanya berlangsung sementara.” — benzbara_

Iya. Sementara. Hanya sekejap yang dirasa. Kadang hal yang indah itu selalu tertutupkan oleh derasnya luka. Luka? Lagi?  Iya. Hidup itu memang seperti itu, kan? Selalu ada bayaran untuk segala hal.

Seperti cinta, ia indah. Tapi nyatanya, keindahan itu hanya bertahan sementara. Tergantung dari bagaimana kamu membuat nya bertahan, sementara, atau lebih lama?
Mungkin bayaran yang pas untuk segala rasa, bahagia dan kasih sayang untukmu adalah luka yang selalu mengorek sebagian kecil dari ingatanku. Iya, aku sudah bahagia denganmu. Aku merasakan bahagia yang luar biasa. Masalah yang datang pada kita, ku biarkan mengalir begitu saja. Bukankah memang pada suatu hubungan itu yang membuatnya kuat adalah bagaimana kita bertahan ketika masalah itu menggerogoti suatu hubungan. Tapi, balik lagi. Aku lupa, lupa hal bahwa kamu bisa pergi kapan saja, lupa akan hal bahwa kamu bisa meninggalkanku kapan saja, lupa bahwasanya kamu bisa saja tak siap dengan segala masalah yang terjadi. Dan pada akhirnya, kamu pergi disaat aku sadar kamu lah yang paling berarti. No one else.

Ingatan tentang mu selalu bergejolak, bergelayut manja pada tiang-tiang pikiranku yang kini tak kokoh lagi. Iya, tak kokoh karena kamu. Bagai rayap yang selalu memakan kayu - kayu yang kuat. Kamu dan bayanganmu yang merapuhkan segalanya. Termasuk tempat perasaan itu muncul, kini telah rapuh keadaannya.
Tidak ada yang salah akan hal yang selama ini terjadi. Hanya saja mungkin kamu yang terlalu berarti untukku, terlalu sulit untuk ku lepaskan. Bagaimana bisa melepaskan disaat perasaan dan hatiku selalu dipenuhi tentang kamu?

Lagi. Ini hal yang sulit. Aku diharuskan berjalan sendiri ketika aku membutuhkan kamu untuk memegangi tanganku. Memberikan energi untuk aku selalu bertahan. Namun, lagi, aku tak mampu berbuat apa-apa ketika kamu berjalan begitu saja di hadapanku seolah aku tak pernah berarti apa-apa untukmu. Ataukah? Ataukah memang aku tak pernah berarti untukmu? Haha. Menyedihkan.

Hal yang paling ku ingat tentang senja adalah kamu. Pemanis segala cerita dalam hidupku yang merangkap sebagai kopi pahit. Ah, sudahlah. Mungkin seterusnya akan begini. Ketika aku merindukan kamu, maka inilah yang akan ku lakukan. Mengingat sedikit tentang kamu, menikmati bayanganmu yang masih saja menggelayut manja di pikiranku, menikmati kenangan yang kita miliki saat senja, dulu. Walaupun akhirnya selalu ada air mata yang tumpah saat aku menyadari, kamu tak lagi disini.

Saat kenangan mengorek hati dan pikiran.

Senin, 26 Agustus 2013

Kalo Kata Orang Sih, ‘Gagal Move On‘

01.19 Posted by Unknown No comments

Lagi, setiap orang yang menghampiri ku acuhkan begitu saja. Bukan, bukan karena aku tak suka pada mereka. Aku suka, tapi hanya untuk sebatas teman, dan tak lebih. Maaf, aku belum mau membuka hati untuk orang lain selain kamu. Masih, dan mungkin akan selalu untukmu. Mungkin. Sejujurnya, aku ingin melepas segalanya. Melepas perasaan untuk kamu, namun kenyataannya aku tak pernah mampu.
If there was a million reasons to leave, I would still look for the one reason to stay.” This.

Aku tahu, tak diinginkan oleh seseorang yang kita sayangi itu hal yang menyakitkan. Tapi, harus bagaimana lagi? Daripada membohongi diri sendiri dan juga orang yang sudah menyayangi kita dengan tulus, lebih baik jujur, kan? Karena kebahagiaan yang berawal dari kebohongan itu adalah hal yang paling menyakitkan. ”Truth hurt only once, but a lie hurt everytime you remember it.” Nah, daripada menyakiti setiap kali mengingat kebohongan, lebih baik menyakiti sekali saat kita jujur, iya kan?

Bagaimana bisa aku membuka hati untuk orang lain, jika hati dan pikiranku masih menyimpan kamu dan segala tentangmu? Kalo kata The Script sih, How can I move on when I'm still in love with you? Huh, ada apa denganmu? Ada apa dengan dirimu? Ada apa denganku hingga aku tak mampu melepas segalanya? Aku selalu mencari. Mencari jawaban atas apa yang ditanyakan oleh diri dan hatiku sendiri. Sayangnya, hingga saat ini aku tak pernah tahu alasan mengapa aku menyayangimu. Kamu, heran? Aku pun.
I love you. And it's not because you make me happy, not because you make me feel special, and not because you're the sweetest person ever. But because I just love you. And I don't need any reasons for that.
Ngah! Kini aku mengerti, untuk mencintai dengan ketulusan itu tak membutuhkan beribu alasan. Iya, dan itu mungkin jawaban untuk segalanya. Cukup jelas, kan? Mungkin.

Maaf. Maaf untuk segala hal. Perasaan ini muncul begitu saja untukmu. Jika kamu tak menginginkannya, maafkan. Jikalau aku boleh memilih untuk siapa saja perasaan ini, aku tak ingin memilih kamu. Sayangnya, hatiku yang memilihmu. Dan itu berlaku hingga saat ini, hingga detik ini.

Terimakasih. Terimakasih untuk segala hal. Terimakasih telah mengajariku banyak hal. Terimakasih telah memberi cerita yang ’indah‘ dalam segala hal. Terimakasih telah menjadi inspirasiku dalam banyak hal. Terimakasih, terimakasih telah mengajariku untuk menjadi sesosok perempuan yang kuat. Terimakasih.

Yours.

Minggu, 11 Agustus 2013

Feel

01.02 Posted by Unknown No comments

Kali ini aku belajar banyak tentang mencintai. Ya, mencintai kamu. Mungkin sebaiknya dari awal aku tidak boleh terlalu melarutkan perasaan ini. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, kan? Sama kayak gula yang di larutkan dalam air. Ngga bisa balik ke bentuk gula semula. Sama kayak perasaan aku. Nggak bisa kembali kayak kita ga kenal. Terlalu menyakitkan dan itu ngga mudah. Mungkin seharusnya mencintai dalam diam lebih cocok untukku. Aku tidak pernah menyesal untuk perasaan ini. Bagaimana pun, ini perasaan yang indah walaupun bumbu-bumbunya tak semanis perasaannya. Walaupun perjuangannya penuh luka. Walaupun...... Ah, sudahlah. Aku ngga tau harus gimana lagi sekarang. Mempertahankan ternyata memang ngga pernah semudah mendapatkan. Sama seperti aku yang sulit mempertahankanmu. Berbahagialah, karena bahagiamu segalanya untukku. Iya, untuk aku. Aku ngga pernah nyesel punya rasa ini buat kamu. Justru perasaan ini mengajarkan aku untuk selalu menjadi orang yang hebat, menjadi seseorang yang kuat. Walaupun pada faktanya, mencoba menjadi seseorang yang kuat 'luar-dalam' itu ngga mudah. Iya, kenyataan memang terlalu pahit untuk di dengar. Terlalu sulit untuk dijalani. Tapi, lebih baik menerima kenyataan daripada menerima kebohongan, Right? Hahahaha
Tahu lagu Always Be My Baby ? Itu mungkin cocok ya.... Haha. Miris. Menyakitkan. Haha
Tapi aku bersyukur masih punya orang-orang yang sayang sama aku. Walaupun aku jauh lebih sayang kamu hehe. Be right back, ya!
Kamu bisa, kamu kuat, Haw!

Jumat, 02 Agustus 2013

Kala Cinta Bertahan

16.00 Posted by Unknown No comments

Ada bayangan yang datang perlahan memendar kesunyian. Lagi, sosok lelaki itu kembali lagi, memberi kesesakan di rongga hati. Ah entahlah, bayangan lelaki itu semakin kuat menghantui. Menghantui pikiranku. Sudah ku coba untuk menepis segala bayangan itu. Kamu, iya kamu. Lelaki yang dalam detik pertama sudah mengunci hatiku, membekukan otakku, mengelukan lidahku, terpaku. Seperti orang bodoh? Memang.

Aku percaya cinta pada pandangan pertama. Dan mungkin kini aku sedang mengalaminya. Pertemuan pertamaku dengannya, aku merasa bahagia. Rindu semakin menggebu seiring berjalannya waktu. Aku mencari sosoknya di setiap sudut koridor, hanya untuk melepas rindu. Bodohkah? Bodohkah jika aku merindukan seseorang yang baru ku temui sekali?

Awalnya aku mengira ini hanya obsesi belaka. Hanya cinta yang dipenuhi nafsu, bukan murni perasaan yang sebenarnya. Namun, kini aku percaya, kini aku tahu, aku benar mencintainya dan ini bukan sebuah obsesi belaka. Iya, seperti itu.

Kejadian itu sudah 7 bulan berlalu. Namun, aku masih mengingat indah semua memori yang ku lakukan bersamamu. Walaupun pada kenyataannya, memori itu membawa luka yang selalu melumat hati perlahan. Jika aku tak bangkit dari kejadian dulu, mungkin kini hatiku telah mati, jiwa ku melayang pergi walau raga masih tetap disini, di bumi yang penuh dengan fana, penuh dengan kenyataan yang menyakitkan.

”Bagaimana?”
”Apa aku harus menjawabnya sekarang, Raf?”
”Kalau kamu tidak siap, aku tidak akan memaksa kamu untuk menjawab. Asalkan kamu tau aku mencintaimu pun, aku sudah bahagia, Na.”
”Jangan pernah tinggalin aku.”
”Jadi?”
Aku mengangguk pelan, lalu ku lihat senyum di wajahnya. ”Jangan pernah buat aku ngerasa sendiri, ya. Aku terlalu takut untuk terluka.”
”Iya.”

-----------------------------------------------------------

Malam ini aku disini, di sebuah foodcourt yang berada di sebuah mall ternama. Tepat 3 bulan yang lalu, aku merajut asmara dengan lelaki tinggi itu. Kini aku menunggunya untuk makan malam. Namun, betapa terkejutnya aku ketika ku lihat seseorang yang ku sayangi, berjalan mesra dengan sosok perempuan lain. Bisa kau bayangkan? Ini hari jadianku, dan aku mendapatkan hadiah yang luar biasa. Ya, luar biasa menyakitkan. Air mataku terjatuh perlahan. Aku pun memutuskan untuk menghampirinya

”Selamat malam, Rafli.”
”Nisrina? Kamu ngapain disini?”
”Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Raf! Siapa dia?”
”Dia pacar aku, Na.”
”Jadi selama ini aku kamu anggap apa? Ha? Bajingan! Kita putus!”

Aku berlari keluar. Angin malam berhembus kencang. Dingin, sangat dingin. Air hujan pun menetes perlahan. Lalu lama kelamaan menjadi deras, sederas air mataku saat ini. Aku tak perduli jika aku harus sakit, hatiku lebih sakit dari apapun. Sungguh, luka ini begitu dalam, seolah menusuk rongga dada hingga terasa menyesakkan.

-----------------------------------------------------------

Sampai detik ini, kejadian itu masih terus terputar di sudut memoriku. Namun entah mengapa, sosokmu tak juga hilang dari pikiranku. Ah, kamu. Aku merindukanmu, kekasihku. Ralat, mantan kekasihku. Salahkah jika aku terus menimang cinta ini sendiri, untukmu?

Pagi ini, kau merangkum lagi ingatanku. Dalam gigil dan getar duka, dalam kenang lalu, dalam airmata. Hingga terhempas ku mengerti, berjalan dari tempat yg dingin. Sepi, tanpa tepi. Aku telah berfikir banyak tentangmu, ataukah? Ataukah kau tak pernah menghitung? Airmata dan kebencianku yg tersisa. Sampai hari ini. Bunga-bunga, katakanlah aku masih di sini, menantinya.

Rabu, 10 Juli 2013

Jingga

22.58 Posted by Unknown No comments

Aku pernah memeluk rindu.
Ya, rindu yang selalu ku antarkan untukmu.
Kala senja yang mempertemukan kita,
Menuntun waktu untukku,
untuk selalu menyimpan indah jingga dalam kotak hitam di sudut kecil ingatanku.

Aku mencintaimu,
Iya, aku mencintaimu, sejak dulu hingga jingga menjadi kelabu, nanti.
Aku selalu mencintaimu,
seperti udara yang tak akan pernah hilang kecuali jika Tuhan mengizinkan,
seperti lautan yang tak pernah kau tahu dimana ujungnya. Ya, tanpa akhir.

Aku tak pernah meminta balasan atas apa yang selalu ku rasakan,
untuk segala kerinduan yang selalu menusuk ku,
ya, untuk segala kerinduan yang selalu menyiksa ku, merindukan kamu.

Aku masih mengingat kala kita berjabat tangan,
Menikmati senja dengan canda dan tawa,
Aku masih ingat, kala aku pertama kali jatuh cinta,
ya, kepadamu.
Kamu masih ingat semua itu?
Atau hanya aku yang selalu mengingat itu sendirian?

Aku menyayangimu,
menyayangi segala yang ada pada dirimu, terlebih, hatimu.
Iya, aku menyayangimu.
Dengan segala kekuranganku.

Aku hanya berharap kamu tahu,
aku selalu mengingat setiap waktu bersamamu,
aku selalu merindukan kamu,
merindukan senja yang -dulu- selalu menjadi milik kita,
aku selalu mencintai kamu,
aku selalu menyayangi kamu.

Rabu, 19 Juni 2013

Krakal Beach, Puncak Penantian yang Berakhir Sempurna

01.38 Posted by Unknown No comments

Hallo guys!!! Long time no see haha
Gue balik nih setelah sekian lama vacum ngepost=)))
Emm, gue mau cerita sesuatu tentang hal yang biasanya orang gak suka, tapi akhirnya berujung bahagia. Yaps! You know what I mean lah yaa guys! Hehe

Loving someone isn't how you could get him, it's just how  you could make them happy even though they're loving someone else and make you hurt. Sometimes happiness will come to you, cause you know? God know how hard you fighting for someone or something that you love.

Oke gue mulai bercerita yaa, dengerin baik-baik... Eh baca baik-baik yaa Haha..

You know why am I selalu ngepost blog yang galau? Yak!!! 101 buat anda!! Eh belom jawab ya? Hehe maap maap... Ya itu karena dulu feel gue selalu pengen bercerita tentang hal itu. Entah kenapa, gue juga bingung.. Eh, gak deng, itu karena gue udah pengalaman.. Jadi kalau nge-post di blog pasti tentang hal itu. And you know, orang yang dimaksud juga selalu yang itu, hehe.

Dulu, iya dulu. Gue suka sama cowo. Dia baik, baiiiiiiiiik banget, sama semua cewek. Dan itu yang bikin gue suka sama dia. Ngga tau pasti tepat nya kapan, tapi kalo gak salah yaaa mulai suka nya kurang lebih satu setengah tahun yang lalu...... Udah lama ya? Iya. Udah lapuk ya? Emang.
Dulu kita sempet deket, dekeeeeeeet banget sampe akhirnya........ Gue beneran sayang sama dia. Jujur, sayang banget. Dan setelah gue percaya sama dia..... Dia ninggalin gue gitu aja.... Ouch! It hurts, you know? Di saat lagi terbang setinggi-tingginya lalu kemudian jatuh bukan di landasan yang tepat. Ya you know what I mean lah yaaa.. Oke dari situ gue mulai agak jaga jarak sama orang itu. Yaa, namanya dia pacaran masa iya gue harus jadi penghancur hubungan orang lain cuma buat bikin gue bahagia. Mending kalo dianya juga bahagia sama gue, lah kalo kagak? Gue masih bisa nyetop perasaan gue, karna gue juga ga mau bahagia di atas penderitaan orang lain... Gue nerima semua ini dengan lapang dada. Gue sih mikirnya, gapapa... Mungkin Allah punya tujuan lain ngasih gue cobaan kek gini. Segala sesuatu juga pasti ada hikmahnya, right?

Berbulan-bulan kemudian..... Gue ngerasa kangen dia, tapi ya gue bisa apa kalo bahagia dia bukan ada di gue? Oke gue nyetop perasaan gue lagi, nahan perasaan gue biar ga kangen sama dia. Nggak kepikiran buat move on? Sebenernya, dorongan dari temen-temen sih banyak yang nyuruh move on. But guys, gimana gue mau move on kalo dia selalu ada di setiap hari-hari yang gue jalanin? Susah kan? Iya emang susah. Duh cobaan gak henti-hentinya mendera gue. Tapi ya gue sabar aja, maybe sometimes gue bakal nemu bahagia gue setelah luka yang bertubi-tubi ini *oke lebay*
Sampe suatu ketika, anak-anak di kelas pada main ToD, gue ikutan, doi juga.... Tap!! Arah tutup tip-ex menuju dia... Dia milih Truth..... Dan ada yang nanya gini, "Kamu suka sama siapa di 23?" "Eh jangan di 23, di kelas aja deh." Oke di situ gue diem. Gue bingung harus gimana, yaudah gue milih diem, nunggu jawaban yang akan di lontarkan sama dia. Dia jawab lamaaaaaaaa banget, keliatan mikir, tapi gue gatau dia mikir apaan._. Lalu 1.... 2..... 3..... Dia jawab nama gue! *BAM!* Duh... emosi gue naik, semuanya langsung pecah dan gue langsung nangis. Seneng, sedih, kesel, aaaaa pokoknya semuanya serasa nyampur jadi satu, seneng ternyata dia pernah ada rasa juga sama gue, sedih karena kenapa dia musti ninggalin gue, aaaaaa pokoknya rasanya kayak di aduk-aduk

Setelah kejadian itu, gue deket lagi.... Tapi ya gak deket-deket amat. Gapapa sih gue, bersyukur malah bisa deket lagi sama dia yaaa walaupun gak deket kayak dulu.. Lagian dia masih punya pacar, masa iya gue harus..... Wkwk
Oke lalu beberapa kemudian gue denger dia putus sama cewenya..
Terus temen gue bilang gini "Udah putus tuh, cepet tancap gas" gile nih.... Gue langsung jawab gini "Aku bukannya gamau tancap gas, tapi sekarang lebih pengen ke berhenti dulu nunjukin kalo aku sayang sama dia, mau fokus belajar dulu, terus masih takut di kecewain lagi" yaa itu alibi doang sebenernya.. Taulah yaaa kalo kek gitu malah belajar gak serius, galau iya... Duh anak remaja...... Haha..

Oke beberapa bulan kemudian kita makin deket lagi, banyak kejadian yang bikin gue diaduk-aduk kek adonan kue:$ but yaa balik lagi, gue sabar aja. Cepat atau lambat happiness bakal datang sama gue, dan gue percaya itu.

Yap!! Akhirnya tiba di tanggal 15 Juni, dimana gue sama satu angkatan study tour ke Jokja. Gue ga pernah mikir bakal kayak gini..... Oh iya, tgl 16 doi kan sweet 17th gitu, nah jauh dari sebelum-sebelumnya gue udah nyiapin acara buat bikin surprise kecil-kecilan... Niatnya sih gue mau ngasih kue sama dia tepat jam 12 malem, tapi taunya mas supir nya lagi unmood jadi..... Acara diundur. Pas di rumah makan, sekitar jam 9an kalo gak salah, kita siap pergi ke Goa Pindul, nah sebelum berangkat, gue sama temen sekelas ngasih kejutan buat dia di bus.... Dan alhamdulillah semua berjalan lancar....

Krakal Beach, June 16th 2013
Oke akhirnya kita nyampe di Pantai Krakal. Gue main air sama temen-temen sekelas. Ombaknya gila brooooo gede banget haha... Terus udah agak sorean, gue yang lagi bareng sama Nidia, liat Firman sama Nadia lagi berdua, terus gue bisik-bisik gini, "Liat tuh Nid, akhirnya jadi yaa" Nidia ngangguk terus kita liat pasangan baru alias Firman&Nanad jalan ke arah kita-kita. Di belakang anak sekelas udah pada cie-cie in... Terus gue ikut godain "Cie jadian cieee.. Bang gue mau PJ paling gede gamau tau! Haha" disitu gue seneng banget liat abang gue akhirnya jadian sama orang yang dia cinta... Udah gitu, gue sama Nidia jalan agak ke tengah pantai, terus gue ngomong gini, "Kok aku ngerasa sedih ya? Kapan aku kayak gitu? Hehe" terus Nidia jawab gini, "Iya sama, udah ah jangan galau ya kita"
Udah gitu kita berdua diem aja liatin laut. Gue sama Nidia emang punya luka yang sama namun dengan cerita yang berbeda hihi... Gue denger di belakang anak-anak pada nyuruh doi buat yaa ypu know lah.. Gue kira ga akan, karena selama ini anak-anak suka kayak gitu tapi doi diem aja.. Gue juga ga mau berharap banyak, takut, takut malah jadi kecewa untuk yang ke sekian kalinya... Eh ternyata, doi jalan ke arah gue, terus Nidia pergi aja ninggalin kita berdua. Gue di ajak agak ke tengah pantai sama doi. Yaudah gue nurut aja. Pas disitu, kita ngobrol berdua dan....... Yaks tau lah yaaa kira-kira seperti apa... Setelah gue jawab "Yaudah iya" doi meluk gue. Malu sumpah! Dibelakang, anak-anak udah pada cie-ciein.... Timing nya pas sunset lagi duh...... Gue seneng, bahagia aaaaaa pokoknya ga bisa di ungkapin deh, masih ngerasa ini semua mimpi... Tapi alhamdulillah ini nyata... Akhirnya setelah penantian panjang gue, setelah kesabaran gue dikuras, setelah perjuangan gue yang ga berhenti........... Gue dapet hadiah berharga dari Allah..... Seneng, seneng banget. Disitu udah pengen nangis, bukan karena sedih tapi justru karena gue bahagia... Finally.......

Ini pelajaran buat gue, kalo gue mau berusaha, gue pasti bakalan ngedapetinnya, gak perduli harus menempuh jalan yang penuh luka dulu. Toh segala sesuatu itu memang harus di perjuangkan, bukan?

"Sesuatu yang datang pasti akan pergi dan sesuatu yang pergi pasti akan kembali dengan caranya sendiri"

"Maybe sometimes I will know you and make you better than before"

Gue percaya sama dua kalimat itu. Terimakasih udah bikin gue nggak kecewa karena percaya sama dua kalimat itu. Terimakasih untuk sesuatu hal yang gak pernah gue duga ini. Terimakasih

Makasih juga, Tuhan. Dari sini aku belajar, kalo segala sesuatu itu tergantung dari bagaimana kita berusaha mendapatkan apa yang kita mau, dan buat kamu..... I've learn about life by loving you. Terimakasih♥

"Dalam hidup, pasti akan ada satu bagian yang membosankan. Tahu, menunggu? Ya! Itulah hal yang paling membosankan! Kamu tahu kenapa? Karena ketika kamu menunggu, kamu tak tahu harus berbuat apa, bersikeras menunggu atau justru menyerah begitu saja. Seperti di ombang-ambing di tengah laut, bagaikan melayang namun tak terbang. Tapi, jika kamu sudah yakin dengan hal yang kamu tunggu, dan berusaha mendapatkan nya dengan penuh perjuangan, you got it! Hasil dari apa yang kamu tunggu tidak akan jatuh ke tangan yang salah karena Tuhan tahu bagaiman kamu berjuang dan...... bersabar!" - Hawa

At last, gue mau ngucapin selamat buat abang gue, Firman Fajar udah jadi sama Nadia Nur Laila. Langgeng ya kalian, semoga ga ada masalah yaps!♥

Minggu, 26 Mei 2013

Tentang Cinta

03.26 Posted by Unknown No comments

Hujan itu mengingatkan aku,
tentang sebuah peristiwa klise,
antara aku dan kamu.

Pikiranku melayang pada apa arti cinta yang sesungguhnya,
Perasaan yang membahagiakan hati?
Atau justru, perasaan yang menuntut untuk saling menyakiti?

Aku dan kamu,
Dua insan yang dipertemukan Tuhan untuk saling mencintai,
namun tidak untuk saling memiliki.
Jadi, untuk apa cinta sesungguhnya?
Bukankah seharusnya cinta itu membawa bahagia?
Lalu, mengapa harus selalu merasakan luka?

Hingga kini aku tak pernah mengerti,
Kamu pergi namun tak membawa luka ini,
Ini cinta yang bodoh!
Namun, mengapa diriku tak pernah mau beranjak pergi?

Aku bertanya pada hujan,
saksi bisu saat kamu pergi meninggalkanku.
Apa sesungguhnya arti cinta?
Namun, hujan tak pernah menjawabku.

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin,
Pasir yang dihempas tak pernah membenci ombak,
Hal ini yang membuatku kini mengerti,
Cinta itu tentang sebuah ketulusan,
Walau terluka, namun tetap mencinta.
Karena sesungguhnya, luka itu mengajarkan tentang apa cinta yang sebenarnya.

Minggu, 19 Mei 2013

Cinta yang Terpendam (Part 6)

05.29 Posted by Unknown No comments

Semenjak kejadian di danau itu, aku pun sedikit menghindar darinya. Aku tak mau mengganggu hubungannya dengan Aulia. Tak apalah, toh seperti yang orang - orang bilang, "Love will find a way", right ?

Lagipula aku tak mau menyakiti hati orang lain demi mencari bahagiaku. Bahagiaku ada di lelaki itu, dan ketika aku melihat dan mendengar gelak tawa nya aku pun ikut bahagia. Munafik, ya? Iya memang. Tapi, mau bagaimana lagi selain berkata, 'Bahagiamu, bahagiaku juga.'
Sekali lagi, hati akan memilih tetap bertahan mencintai orang yang disayangi, walaupun harus dilukai berkali-kali.

-----------------------------------------------------------

Bulan demi bulan ku lalui tanpa hadirnya Rian. Bukan! Hubungan kami bukan memburuk! Kami masih sering berhubungan melalui SMS, hanya saja tidak sesering dulu.
Bulan ini bulan Mei, sekolah ku akan mengadakan pensi. Dan semua siswa-siswi harus mengikuti audisi melalui guru seni musik untuk menjadi perwakilan kelas. Dan hari ini adalah giliran kelas kami yang mengikuti test musik. Kami pun menuju ruang musik.
Aku pun mempersiapkan nya sebaik mungkin. Kebetulan, guru kami, memilih untuk bernyanyi sendiri-sendiri. Tiba saat giliranku, aku pun melangkahkan kaki menuju panggung di ruang musik. Aku duduk di depan grand piano putih, setelah sebelumnya aku melihat ke arah teman-teman ku dan ku lihat Rian sedang memperhatikan ku. Degup jantung ku kemudian berpacu sangat cepat. Dia kemudian mengangkat jempol nya lalu tersenyum meyakinkan, matanya seakan berbicara, 'Kamu bisa, Gin'. Namun, sengaja aku acuhkan karena aku tak mau berharap banyak padanya. Aku pun menekan tuts tuts piano itu dengan lembut. Suara ku mengalun pelan.

Hello, tell me you know, yeah, you've figured me out
Something gave it away
And it would be such a beautiful moment to see the look on your face
To know that I know that you know now

And baby that's a case of my wishful thinking
You know nothing
'Cause you and I, why we go carrying on for hours on end
We get along much better than you and your girlfriend

Well, all I really want to do is love you
A kind much closer than friends use
But I still can't say it after all we've been through

And all I really want from you is to feel me
As the feeling inside keeps building
And I will find a way to you if it kills me, if it kills me

*Rian P.O.V*

Aku melihatnya bernyanyi dengan penuh penghayatan. Aku tau ketulusannya mencintaiku, ya, melalui lagu ini. Sungguh, aku merasa bersalah karena telah menyakitinya. Namun, satu hal yang harus dia tahu, bahwa hatiku selalu untuknya.

Well, how long can I go on like this, wishing to kiss you
Before I rightly explode
And this double life I lead isn't healthy for me, in fact it makes me nervous
If I get caught I could be risking it all
Well, baby there's a lot that I miss in case I'm wrong

All I really want to do is love you
A kind much closer than friends use
But I still can't say it after all we've been through

And all I really want from you is to feel me
As the feeling inside keeps building
And I will find a way to you if it kills me, if it kills me

If I should be so bold, I'd ask you to hold my heart in your hand
Tell you from the start how I've longed to be your girl
But I never said a word I guess I'm gonna miss my chance again

Well, all I really want to do is love you
A kind much closer than friends use
But I still can't say it after all we've been through

And all I really want from you is to feel me
As the feeling inside keeps building
And I will find a way to you if it kills me, if it kills me, if it kills me
I think it might kill me

And all I really want from you is to feel me
It's a feeling inside that keeps building
And I will find a way to you if it kills me, if it kills me
It might kill me

Aku pun mengakhiri permainan ku. Ku dengar riuh tepuk tangan teman-teman ku. Aku melihat ke arah Rian dan aku tersenyum dengan tulus. 'Lagu ini, buat kamu, Ri. Bukti bahwa aku sayang, sayang banget sama kamu. Semoga kamu selalu bahagia dengan Aulia agar aku pun selalu bahagia. Walau perih.'
Aku pun kembali duduk di tengah-tengah temanku. Lalu sekarang giliran Rian yang harus mempertunjukkan bakatnya. Ia kemudian mengambil gitar dan memetiknya pelan.

*Rian P.O.V*

'Lagu ini, buat kamu, Gina. Semoga kamu menyadarinya.'

Tak pernah setengah hati
Ku mencintaimu
Ku memiliki dirimu
Setulus-tulusnya jiwa
Ku serahkan semua hanya untukmu

Tak pernah aku niati untuk melukaimu
Atau meninggalkan dirimu
Sesalku selalu bila tak sengaja
Aku buat kau menangis

Memiliki mencintai dirimu kasihku
Tak akan pernah membuat diri ku menyesal
Sungguh matiku, hidupku kan selalu membutuhkan kamu

Memiliki mencintai dirimu kasihku
Tak akan pernah membuat diri ku menyesal
Sungguh matiku, hidupku kan selalu membutuhkan kamu

Memiliki mencintai dirimu kasihku
Tak akan pernah membuat diri ku menyesal
Sungguh matiku, hidupku kan selalu membutuhkan kamu
Ku butuh kamu.....

Dia mengakhiri lagunya. Tanganku terangkat dan bertepuk bersama dengan teman-temanku. Aku tahu lagu itu untukku. Karena sejak lagu itu ia nyanyikan, ia tak henti melihat ke arahku dan matanya seolah berbicara seperti itu. Aku pun tersenyum. Ah, dia memang selalu tahu bagaimana caranya mengembalikan 'Mood' ku.
Tapi detik kemudian aku sadar. Aku tak boleh seperti ini. 'Rian sudah punya Aulia, Gin! Kamu tak boleh seperti ini!'
Huh! Rian memang selalu seperti ini. Menerbangkanku, lalu kemudian menjatuhkanku begitu saja. Tapi, aku tak pernah bisa berhenti untuk mencintainya. Aku punya pilihan, dan aku memilih Rian. Dan aku tak akan pernah menyesali pilihanku ini.

Cinta yang Terpendam (Part 5)

02.48 Posted by Unknown No comments


"Karena hati akan lebih memilih tetap mencintai orang yang disayangi walaupun 'dia' seringkali menyakiti"

-------------------------------------------------

Hari ini hari yang melelahkan untukku, dari pagi hingga sekarang aku tak berhenti mengurusi pekerjaan-pekerjaan organisasi. Aku pun merebahkan tubuhku di atas kasur. Lagi-lagi fikiranku tertuju pada sesosok lelaki yang sudah satu tahun ini mengisi hatiku, pemilik hati dan cintaku. Ya, Rian. Akhir-akhir ini dia sedang dekat dengan adik kelas. Hatiku terasa perih ketika tahu hal itu, namun sebelum ku dengar darinya langsung aku tak akan mempercayai berita itu. Terlintas dalam benakku untuk memberi pesan singkat padanya.

To : Rian
Ri......

From : Rian
Ada apa, Gin ? Kangen aku? :&

To : Rian
Ngga usah ke-gran :-P

From : Rian
Jangan bohong deh kamu :-P Asik deh dikangenin kamu<3

*Deg*
Aku tertegun membaca isi pesan terakhirnya. Kita memang saling menyayangi, tapi tak pernah ada simbol seperti itu selama ini. Hati ku melambung tinggi.

To : Rian
Kok simbol nya <3 ? Oh ya, Ri, aku mau tanya..........

From : Rian
Terus simbolnya harus gimana? Iya tanya apa?

To : Rian
Ngga kok, gitu juga gapapa, hehe. Kamu, lagi deket sama Aulia? Itu bener apa ngga?

*Rian P.O.V*

From : Gina
Ngga kok, gitu juga gapapa, hehe. Kamu, lagi deket sama Aulia? Itu bener apa ngga?

Stuck. Apa yang harus ku katakan padanya? Jujurkah? Tapi itu akan melukai hatinya, aku tahu, karena baru saja aku merubah status lajangku menjadi berpacaran. Ya, dengan Aulia. Aku harus membalas apa? Tuhan, beri aku jawaban.

Aku terdiam beberapa saat. Ku biarkan pesan Gina, tak ku balas. Aku bingung harus berbuat apa. Tapi, ini semua ada alasannya. 'Maafin aku, Gina.'

-------------------------------------------------

Aku melangkahkan kaki ku menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku. Pagi ini cukup cerah, dan aku berharap akan cerah sampai nanti senja tiba.

Setibanya di sekolah, aku melihat ada Radit dan Mitha di depan kelasnya. Aku pun melewati mereka, ku acuhkan dan ku anggap mereka tak ada. Entahlah, aku sangat merasa kesal kepada Radit dan merasa kasihan pada Mitha. Bagaimanapun, aku dan Mitha sama-sama perempuan. Aku pun akan merasakan hal yang sama bila aku berada di posisi Mitha.

Aku pun melangkahkan kaki menuju kelasku. Ku lihat Rian sedang menelungkupkan wajahnya ke dalam lipatan tangannya. Dahi ku mengernyit, heran. 'Ada apa dengannya?'
Aku memilih untuk diam. Memperhatikannya dalam-dalam. Lagi-lagi aku merasa bibir ku menaik ke atas, membentuk sebuah senyuman. Hanya dengan melihatnya, sudah menjadi suatu kebahagiaan untukku.

Dia kemudian menggeliat, mengangkat kepalanya dan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas. Aku masih tetap memperhatikannya. Lalu dia pun melihat ke arahku, tersenyum simpul. Ada yang berbeda dari senyumannya. Ada yang berbeda dari pancaran sinar matanya. Entah apa yang berbeda, aku tak tahu pasti. Hanya saja, ada sebuah penyesalan yang ku lihat di matanya.

*Rian P.O.V*

Pagi ini terasa sangat kelam, pedahal ini adalah hari yang cerah. Aku merasa bersalah pada Gina karena berpacaran dengan Aulia. Sejujurnya, aku hanya sebatas 'suka' saja pada Aulia. Karena sesungguhnya, hatiku masih berlabuh padanya. Pada hati gadis kecil itu.

Aku mengngkat kepalaku. Lalu ku arahkan pandangan mataku ke seluruh penjuru kelas. Dan........ Stuck. Aku menangkap Gina ada di sana. Aku pun tersenyum simpul. Lalu kembali menelungkupkan kepalaku. Bukan! Bukan aku tidak senang ketika tahu dia memperhatikanku. Aku senang, sungguh. Tapi, aku merasa bersalah padanya. Aku tak mampu melihat sorot matanya yang memancarkan ketulusan dalam mencintaiku. Aku tahu hatinya benar-benar menyayangiku. Dan kini aku merasa bersalah karena sudah melukainya. 'Maafkan aku, Gina.'

-------------------------------------------------

Beberapa hari ku lalui dengan kehampaan. Entahlah mengapa. Rian seakan menjauhiku, dan aku tak tahu apa yang menyebabkan hal itu terjadi.
Aku dengar Rian sudah berpacaran dengan Aulia. Tapi aku tak percaya. Aku tak percaya sebelum Rian sendiri yang mengakuinya. Pagi ini aku berniat untuk menghubunginya.

*drrt drrt*

Handphone ku bergetar. Ku lihat disana tertera namanya. Rian. Tumben sekali menelpon ku sepagi ini. Jam ditangan ku masih menujuk pada angka 8.00. Ku angkat teleponnya. Terdengar suara di seberang sana.

Hallo.
Hallo. Ada apa, Ri?
Emm, Gin, aku mau ngajak kamu jalan. Mau gak?
Hah? Kemana?
Ada deh. Surprise.
Kok gitu sih?
Mau gak?
Iya boleh boleh.
Nanti aku jemput jam 3 sore ya. See you, little girl.

*tuut*
Sambungan telepon terputus. Aku merasa senang sekali hari ini. Bagaimana tidak, dia mengajakku pergi. Tak ada yang lebih menyenangkan dari berjalan berdua dengan orang yang dicinta, benarkan?

-------------------------------------------------

Ku lihat Rian di depan rumahku. Aku pun keluar untuk menemuinya setelah aku berpamitan dengan kedua orang tuaku.
"Mama Papa kamu mana, Gin?"
"Ada di dalem. Kenapa?"
"Kamu udah izin?"
"Iya udah."
"Kalau pulangnya malem gak apa-apa?"
"Iya, gak apa-apa."
"Oke. Naik."
"Hmm."

Aku pun duduk di atas jok motornya. Aku tak tahu dia akan membawa ku kemana.
Sepanjang perjalanan tak ada percakapan dari kami berdua. Kami saling membungkam mulut rapat-rapat. Setibanya di tempat tujuan aku pun kaget karena Rian ternyata membawaku ke sebuah danau. Danau yang sangat indah.

"Kamu tau tempat ini darimana, Ri?"
"Apasih yang aku nggak tahu. Masuk, yuk! Kita duduk disana."

Rian menunjuk sebuah kursi kosong di ujung danau. Aku pun mengangguk pelan. Rian pun menggenggam tanganku lalu menarik ku pelan menuju kursi.
Aku pun duduk di sebelahnya. Ku edarkan pandanganku menuju danau. Indah dan tenang. Ah, hari-hari yang membosankan benar-benar terbayar habis oleh hal ini. Rian memang tahu bagaimana membuat 'feel' ku membaik.

"Kamu suka tempat ini?"
"Suka! Suka banget! Makasih ya!"
"Iya, Gina."
"Kamu ada apa bawa aku ke tempat ini?"
"Ada satu hal yang mau aku omongin."

Deg! Jantungku berpacu lebih cepat. Hati ku merasa ada sesuatu hal yang akan terjadi. Entah baik ataupun buruk, aku tak tahu.

"Apa?"
"Tapi sebelumnya kamu jangan marah sama aku, ya? Apalagi sampai membenci aku."
"Iya, ada apa?"
"Aku sama Aulia udah pacaran."

Hatiku mencelos. Ada sedikit bagian darinya yang hilang. Terasa sakit di ulu hati. Terasa luka dan sesak di dalam dada. Entahlah, aku merasa hal ini sulit ku percayai. Lalu apa maksudnya selama ini yang tidak akan meninggalkanku? Separuh hatiku melayang. Entah kemana bagian itu pergi. Ia seakan terhunus pedang yang tajam yang membuat luka itu semakin terasa nyeri. Air mata itu tak mampu lagi di bendung. Aku tak bisa menyembunyikan luka itu. Sungguh, rasanya perih. Amat perih.

"Jangan nangis, Gin! Maafin aku."
"Kenapa kamu malah ngajak aku jalan, sedangkan kamu udah memilih Aulia?"
"Maafin aku, Gin."
"Sudahlah, Ri. Jika bahagiamu ada pada Aulia, aku bisa apa selain ikut bahagia juga? Aku tau merelakan itu sulit. Tapi aku akan berusaha merelakan kamu."
"Jangan pernah ngilangin aku di hati kamu! Kamu itu bahagiaku!"
"Dusta!"
"Please, Gin. Percaya sama aku. Aku tidak benar-benar menyayanginya. Karena sayangku hanya untuk kamu."
"Tidak perlu menghiburku. Cukup mengetahui kamu bahagia saja sudah menjadi kebahagiaan untukku. Terimakasih untuk sore yang indah ini."
"Jangan pernah berhenti buat sayang sama aku ya, Gin!"
"Aku nggak akan pernah berhenti cinta sama kamu."
"Makasih, ya! Aku sayang kamu!"

Aku diam, membisu. Sesungguhnya hatiku terluka mendengar pengakuannya. Namun entah mengapa, aku masih saja menyayangi lelaki itu. Satu tahun bukan waktu yang sebentar untuk menyayangi seseorang, bukan? Aku tahu bahagia itu sederhana. Ya, sesederhana aku melihatnya bahagia -juga-. Walaupun sesungguhnya luka itu terasa perih di ulu hati. Walaupun sesungguhnya aku tak rela, tak pernah rela dia menjadi milik orang lain. Tapi, mau bagaimana lagi? Hati ku sudah memilih. Dan aku memilih tetap menyayanginya.

Sabtu, 18 Mei 2013

For Someone Who I Love

06.29 Posted by Unknown No comments

Hari ini aku dipertemukan Tuhan dengan seseorang yang...... Hmm, cukup berarti dalam hidupku -untuk saat ini-.

Sejak awal aku melangkahkan kaki ke dalam gedung itu, sosokmu sangat - sangat terlihat jelas dalam 'fotoreseptor' ku.

Mata ku tak pernah berhenti mengikuti setiap langkah kaki mu, aku heran, 'Mengapa mata ini tak lelah mengikuti jejakmu?' fikirku.

Bukan! Bukan karena ada hal yang fatal sehingga kamu menjadi objek penglihatanku saat ini, sungguh!

Tapi, pesona yang memancar dari lekukan wajahmu itu yang membuat ku tak pernah lelah untuk memandangimu.

Kamu, seakan menjadi candu bagi ku, layaknya keindahan yang membuat ku merasa nyaman yang harus ku nikmati dan ku abadikan adanya.

Sejak dulu, aku tak pernah bosan untuk memandangimu, memperhatikanmu, bahkan untuk mengagumimu pun aku tak pernah bosan.

Sebuah kemeja putih membalut tubuhmu, lalu jas itu melekat membalut -lagi- kemeja putihmu.

Ah, pemandangan yang indah! Sangat sangat indah!

Sejak dulu aku mencintaimu, dan aku tak pernah menyesali hal itu.

Kamu selalu membuat perasaan ku membaik, walaupun sesungguhnya jika perasaan ku tak baik pun itu karena kamu.

Tidak! Aku tidak akan menyalahkan kamu -lagi-, untuk yang kesekian kalinya.

Aku sadar betul ada alasan lain akan hal itu. Sudahlah aku sudah melupakan luka itu, walau sedikit.

Karena kini, luka itu sudah sedikit terobati atas hadirnya lagi dirimu.

Aku tak akan berharap banyak lagi kepadamu, seperti dulu. Karena aku sudah cukup merasakan sakitnya 'harapan yang terbuang sia-sia'. Ya, dengan kamu.

Kembali pada kejadian tadi pagi, aku melihat ke arahmu, dan tersenyum. Lalu, tak ku sangka, kamu pun melihat ke arahku, lalu kita berdua saling melempar senyuman. Ah, bahagia itu memang sederhana.

Ya, bahagia itu sederhana! Sesederhana aku memperhatikanmu dalam diamku, sesederhana aku mengagumimu dalam kesendirianku, sesederhana aku mencintaimu, sepenuh hatiku.

'Karena tak kau lihat terkadang malaikat,
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan'

Kamu, seseorang yang mampu membuatku merasa bahagia dan kesal dalam satu waktu.

Namun sungguh, aku mencintai semua hal yang ada pada dirimu.

Aku tahu, perasaan itu akan berubah seiring berjalannya waktu. Mendatangkan peran baru yang nantinya akan menggantikanmu.

Namun, hingga saat ini aku masih menutup hatiku untuk orang lain, karena aku..... aku sungguh-sungguh mencintaimu.

Untukmu, yang mungkin kamu tak pernah tahu bahwasanya aku sering kali memperhatikanmu,

Untukmu, yang mungkin tak pernah tahu bahwasanya aku sering kali menikmati lekukan wajahmu,

Untukmu, yang mungkin tak pernah tahu bahwasanya aku sering kali merasakan kerinduan yang menyiksaku,

Untukmu, yang mungkin tak pernah tahu bahwasanya aku sering kali mengkhawatirkan keadaanmu,

Sekali lagi, Untukmu, yang mungkin tak pernah tahu bahwasanya aku masih mencintaimu hingga saat ini,

Terimakasih untuk hari yang indah ini, untuk sebuah senyuman manis yang masih saja terbayang dalam memori kecilku. Sekali lagi, terimakasih.
Yay!! Ich liebe dich❤

Rabu, 08 Mei 2013

Cinta yang Terpendam (Part 4)

06.14 Posted by Unknown No comments

Hari berlalu dengan sangat cepat. Kejadian itu, kejadian di ruang musik tempo lalu yang selalu membuat ku bahagia. Ya, cukup mengingat kejadian itu, aku bahagia. Aku tau, aku perlu belajar menjadi seseorang yang dewasa seperti Rian. Dan aku, belajar menjadi seseorang yang dewasa darinya. Darinya lah awal mula kekuatan itu datang. Darinya lah aku belajar, bahwa hidup itu tidak akan pernah sia-sia jika aku menjalaninya dengan segala keikhlasan.

------------------------------------------------

Aku membuka salah satu media sosial dari laptopku. Aku men-scroll timeline ke bawah. Kulihat Radit membuat sebuah tweet dan tweet itu ditujukan untukku.

Tolong kembali, aku butuh kamu, Gin! @GinaSonya

Akupun membalas mentionnya

Aku nggak pernah pergi, aku tetap disini. Hanya saja untuk sebuah hubungan pertemanan dan nggak lebih :-) @RaditChndr

Tapi, aku butuh kamu untuk lebih dari teman. @GinaSonya

Untuk sekarang, aku nggak bisa. Aku masih perlu berfikir @RaditChndr

Tiba-tiba handphone ku bergetar. Ada telepon. Dari Radit. Aku pun mengangkatnya.
'Hallo'
'Hallo, Gin, besok aku tunggu kamu di taman komplek, jam 5 sore.'
'Tapi,'
tuutt tuutt
Sial! Dia memang selalu memaksa. Tak pernah memberi ku kesempatan untuk menolak. Huuh, ya sudahlah.

-------------------------------------------------

Keesokan harinya aku berangkat menuju sekolah bersama salah seorang teman sekelasku, Alvin. Alvin adalah seorang teman, eum, mungkin lebih tepatnya sahabatku, juga sahabat Rian dan Radit. Aku sering bercerita dengan Alvin. Dia anaknya asyik, juga dewasa. Bisa menjadi seorang pendengar yang baik, untukku. Kami berdua sangat dekat, sering pergi bersama. Bukan karena saling suka, tapi karena memang aku nyaman sama dia. Alvin sudah menunggu di depan rumah. Aku pun keluar rumah dan kemudian naik ke motornya. Sepanjang jalan aku bercerita dengannya. Terutama kejadian semalam, saat Radit mengajak ku bertemu di taman.

"Vin, kemarin Radit telepon, dia bilang mau ketemu sama aku di taman. Pas aku mau nolak, eh malah dimatiin. Aku temuin gak yaa?"
"Kebiasaan ya, tuh anak emang suka banget kayaknya maksa-maksa."
"Iya, temen kamu tuh."
"Iya, mantan kamu tuh."
"Lalalala ngga denger ngga denger."
"Suka gitu kaan."
"Yaudah cepet sekarang jawabannya aku harus nemuin dia atau nggak?"
"Temuin aja, siapa tau emang ada hal penting yang mau dia bilang. Itu sih saran aku."
"Hal penting paling ngajak balikan lagi. Males tau."
"Jangan ngerasa ke-pd-an deh kamu! Hahaha"
"Alviiiiiiin!"
"Hahaha bercanda kok bercanda."
"Vin, aku kangen Rian."
"Kamu itu udah sekelas masih aja kangen ckck."
"Serius, Vin. Aku tersiksa"
"Aku tau, Gin. Tapi kamu sama Rian itu sama-sama menderita."
"Kenapa?"
"Kalau aku lihat, setiap kali Radit cerita tentang kamu ke Rian, raut mukanya langsung berubah. Tapi hebatnya dia, dia bisa nutupin itu. Tapi, kalo aku sih tau gimana posisi dia. Rumit. Antara harus memilih pemilik hatinya, atau memilih persahabatannya."
"Aku pengen nangis, Vin."
"Jangan nangis, ah! Jelek tau! Rian titip pesen sama aku, kalau aku lagi sama kamu, aku ngga boleh ngebiarin kamu nangis. Jangan nangis, ya!"
"Hmm, iya deh."
"Udah yuk, turun! Keburu bel."
"Iya iya bawel dasar!"

-------------------------------------------------

Aku melihat Radit ada di depan kelasnya. Aku melewatinya, dia melihatku. Lalu menyapa ku,
"Hallo, Gina!"
"Eh, hai. Udah bel, duluan ya."

Aku melewatinya, matanya masih mengikuti kemana aku pergi. Huh, aku merasa bersalah kepadanya, tapi yaa mau dibagaimanakan lagi?

Saat jam istirahat tiba, Rian menghampiriku. Dia duduk disampingku. Degup jantungku tiba-tiba berpacu cepat. Aku berpura-pura tak tahu bahwa dia sudah disebelahku. Tuhan, bantu aku mengontrol diriku....

"Ngga usah gugup gitu dong. Hahaha"
"Eh?"
"Hari ini ada janji sama Radit, ya?"
"Kok tau?"
"Radit cerita."
"Aku males ketemu."
"Ayolaaah, kamu nggak kasian sama dia?"
"Kamu nggak kasian sama aku?"
"Nggak."
"Oh."
"Ayolaaah Gin. Buat aku. Please."
"Kok maksa sih?"
"Biarin dong."
"Yaudah bodo amat ngga akan aku temuin."
"Eh? Temuin dong. Please, buat aku."
"Hmm, iya deh."
"Janji yaa."
"Iya iya."
"Oke, makasih ya. Aku keluar dulu."

Rian. Kenapa aku ngga pernah bisa nolak maunya dia? Rrrrrrr. Oke sore ini akan aku sempatkan untuk bertemu dengan Radit.

------------------------------------------------

Sore ini hujan turun dengan lebatnya, hanya saja sekarang sudah mulai mereda. Aku menatap rintikan hujan itu di luar. Ku hirup aroma tanah yang menyengat di hidungku. Ah, aku senang dengan hujan. Dia bisa membuatku merasa nyaman, dia membuat ku merasa aku tak pernah sendirian walaupun pada kenyataannya aku memang sendirian. Jarum jam berdetak seirama dengan denyut nadiku. Kulihat, pukul 18.00. Aku seperti terlupakan akan sesuatu hal. Namun sudah ku coba mengingat, aku tak ingat apapun. Tiba-tiba handphone ku bergetar.

*drrrt drrt*

From : Rian
Kamu udah janji sama aku buat dateng tapi kamu nggak dateng. Dia masih di taman. Tolong temui dia kalo kamu ngga mau aku kecewa sama kamu.

'Hah? Siapa?' fikirku. Aku mencoba mencerna tulisannya. Oh, ya! Aku melupakan Radit. Tuhan, apa yang ku lakukan? Ckck.
Aku bergegas menuju garasi, ku nyalakan mesin motor lalu aku pun pergi menuju taman.

-------------------------------------------------

Radit P.O.V

Kemana Gina? Apa dia lupa aku menunggunya disini? Ku lihat jam yang melingkar di tanganku. Pukul 17.15, 'Baru 15 menit' fikirku. Mungkin sebentar lagi Gina datang.

Jam di tanganku berputar dengan cepat. Awan yang memang sudah kelam sedari tadi kini mulai mengucurkan isinya. Hujan. Sudah pukul 17.30, Gina tak kunjung datang. Oke, aku akan menunggunya sampai dia datang. Hujan turun dengan derasnya. 'Aku akan tetap menunggumu, Gina.' batinku.
30 menit berlalu dengan cepat. Pukul 18.00 Gina belum juga terlihat batang hidung nya. Kemana dia?
Baju ku sudah basah sedari tadi. Entah sudah seperti wajahku sekarang, mayat hidupkah? Mungkin. Kaki ku mulai lemas, walaupun aku duduk, aku merasa kepala ku berat. Ku lihat dari kejauhan ada seseorang menghampiriku. 'Oh, Gina. Akhirnya dia datang juga.'

"Maaf ya, aku lupa."
"Kamu memang sudah lupa semua yang berkaitan dengan ku, ya?"
"Maafin aku."
Dia menundukan wajahnya. Merasa bersalah, mungkin.
"Iya, nggak apa-apa."
"Ada apa?"
"Aku kangen kamu."
"Setiap hari ketemu juga."
"Iya, tapi sekarang semuanya udah beda."
"Maafin aku."
"Aku sayang sama kamu, Gin." suara ku mulai melemah.
"Aku juga, tapi itu dulu."
"Nggak akan ada kesempatan buat aku?"
"Kamu masih punya Mitha, Dit. Jangan hancurin perasaan dia karena kamu ngejar aku. Aku juga perempuan, aku ngerti gimana posisi dia. Sakit, Dit."
"Tapi, aku lebih sayang kamu."
"Kamu sayang sama Mitha?"
"Emm, iya."
"Tuhkan."
"Tapi aku butuh kalian berdua."
"Kamu ngga akan bisa dapet dua-dua nya. Kamu pilih salah satu atau kamu nggak akan dapet siapapun."
"Sulit."
"Kamu harus ngerti posisi kita berdua."
"Boleh aku peluk kamu?"
"Hmm."
Aku pun memeluknya. Kehangatan itu menjalar keseluruh tubuhku. Aku sadar, aku telah kehilangan gadis kecil ini. Kehangatan itu seakan hilang ketika dia tiba-tiba melepaskan pelukanku.
"Mulai sekarang, tolong lepasin aku. Kamu pasti akan bahagia, walaupun tanpa aku. Udah malem, pulang yuk!"
"Tapi, Gin...."
"Dit, aku tau kamu sayang sama aku. Dan aku tau gimana posisi kamu. Aku juga ngerasain. Aku tau, sulit. Tapi, ini jalan yang udah aku pilih, dan tolong, hargai keputusan aku."
"Aku ngga bisa, Gin. Kamu juga harus ngertiin aku."
"Aku harus ngertiin kamu gimana lagi, Dit? Lagipula kita bisa jadi sahabat kan? Kamu harus fikirin Mitha, Dit. Jaga perasaannya, jangan bikin dia semakin sakit. Di cerita ini bukan cuma ada kita berdua saja, ada Mitha, dan ada Ri..."
"Ada siapa lagi?"
"Ehm, kamu maksudku."
"Aku emang salah, Gin. Aku nggak bisa milih antara kamu dn Mitha. Gini ya, rasanya jatuh di dua hati."
"Sudahlah, cerita kita itu cerita usang di masa lalu. Sekarang, berbahagialah, berbahagialah dengan Mitha, orang yang benar-benar menyayangi kamu. Kalau kamu belum bisa memantapkan hatimu, belajarlah untuk fokus pada Mitha, calon masa depanmu. Ehm, ralat, masa depanmu yang sebenarnya. Selamat malam."

Aku melihat kepergiannya. Dia menyalakan mesin motornya, lalu menoleh kearahku dan..... Tersenyum manis, sangat sangat manis. Aku menatap punggungnya yang menghilang dibalik keramaian jalan. Aku benar-benar telah kehilangannya. Kehilangan gadis kecil itu. Aku memang masih memiliki Mitha, tapi semuanya berbeda ketika aku bersama Gina. Yah, tapi Gina mungkin benar. Mitha, lebih membutuhkanku. Bagaimanapun aku harus belajar menerima kepergiannya, kepergian Gina, orang yang aku butuhkan.

Sabtu, 04 Mei 2013

Cinta yang Terpendam (Part 3)

04.28 Posted by Unknown No comments

Setiap hari aku jalani dengan semangat yang baru. Harus begitu, kan? Walaupun masalah yang terjadi dalam hidupku begitu rumit dan sulit dipahami, namun aku harus tetap membangun semangat yang tinggi. Masa depan ku masih cerah, aku masih harus fokus pada pelajaran disekolah. Walaupun sulit, tak ada salahnya jika mencoba dulu kan?

*drrtdrrt*

From : Radit
Selamat pagi, Gina! Semangat sekolah ya.. I love you.

Radit. Kadang aku berfikir mungkin aku terlalu jahat untuknya. Tapi aku harus bagaimana lagi? Kita berdua sama-sama tersakiti. Kubiarkan pesannya, tak ku balas.

-------------------------------------------------

"Gin, nanti kita ketemu di ruang musik ya!"
"Mau ngapain, Ri?"
"Udah dateng aja."
"Hmm."
"Aku duluan ya, nanti kamu nyusul. Ngga boleh bawa orang lain. Cuma kamu aja!"
"Iya, Rian."

Rian melangkahkan kakinya menuju ruang musik. Aku heran, 'Ada apa?' fikirku. Kulihat punggung nya sudah menghilang di balik pintu. Aku kemudian pergi menyusulnya. Huh, untung saja pelajaran jam ke-5 ini kosong, jadi anak-anak satu kelas tidak akan menyadari Aku dan Rian pergi.

-------------------------------------------------

Ku dengar dia memetik senar gitar, lalu suaranya mengalun indah.

Indah, terasa indah
Bila kita terbuai dalam alunan cinta
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan saling memiliki

Air mataku mulai bermuara dikantung mata. Menunggu si empunya menutup mata agar kemudian mereka terjatuh. Ya, aku akan menangis.

Namun bila, itu semua
Dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
Tak semudah seperti yang pernah terbayang
Menyatukan perasaan kita

Tetaplah menjadi bintang dilangit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita berdua

Sudah, terlambat sudah
Kini semua harus berakhir
Mungkin inilah jalan yang terbaik
Dan kita mesti relakan kenyataan ini

*DEG*

Air mataku kemudian meluncur bebas. 'Rian, kenapa harus begini?'. Aku masih terus mendengarkan lantunan suara indahnya.

Tetaplah menjadi bintang di langit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinar mu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita berdua
Menjadi saksi kita berdua

Lagupun selesai. Aku membuka pintu ruang musik dengan hati-hati lalu kemudian ku tutup rapat-rapat, takut-takut jikalau nanti ada yang mendengar perbincngan kita.

"Suara kamu bagus." Aku tersenyum kepadanya. Aku sedikit menghapus air mataku.
"Makasih."
"Ada apa, Ri?"
"Nggak apa-apa, cuma mau berduaan sama kamu, hehe."
"Haha apasih kamu." Mukaku memerah. Sungguh, aku malu.
"Mukanya merah tuh, haha."
"Ihh Rian apaansih?" Aku memukul lengannya.
"Aww. Sakit tau."
"Bodo."
"Cie marah ciee."
"Biarin."
"Baguslah kalo kamu marah, jadi aku ngga perlu susah-susah nyari cara biar kamu benci sama aku."
"Eh?"
"Iya. Kan nanti kamu emosi sama aku jadi kamu bakal benci sama aku."

Air mataku kemudian jatuh lagi. Kenapa Rian berkata seperti itu? Kenapa, Tuhan?

"Kamu mau bikin aku benci sama kamu? Silakan. Haha" Aku menatapnya sinis. Sungguh aku tak suka situasi seperti ini.
"Silakan kamu mau bikin aku benci. Tapi satu hal, aku ngga akan pernah ngebenci kamu! Aku kecewa sama kamu, Ri!"
"Jangan nangis, Gin."
"Apa peduli kamu sama aku, hah?"
"Jangan nangis." Dia mengusap pipiku pelan. "Jangan nangis."
Air mataku semakin turun deras. Rian pun memelukku.
"Kamu jangan nangis, Gin."
Aku tak menjawab ucapannya. Mengapa harus seperti ini, Tuhan? Mengapa Rian harus memelukku? Mengapa Rian semakin meyakinkan aku tetapi tak pernah ada kepastian yang sebenarnya?
"Udah ya, jangan nangis lagi."
Akupun mengangguk. Dia melepaskan pelukannya, lalu mengusap sisa air mataku, semakin membuat aku tersiksa.
"Kamu malaikatku, perempuan yang aku cinta setelah ibuku. Jadi, tolong jangan menangis lagi. Kalau kamu nangis, hati aku sakit. Apalagi pada kenyataannya kamu nangis gara-gara aku. Jangan nangis lagi, ya."
"Hmm" Akupun mengangguk. "Jadi, untuk apa kita disini?"
"Aku pengen denger kamu nyanyi."
"Aku ngga bisa nyanyi."
"Jangan bohong. Aku itu tau kamu. Aku tau bakat kamu dibidang musik itu tinggi. Nyanyi ya, buat aku. Tadi kan aku udah nyanyi."
"Yaudah, iya."

Aku melangkahkan kaki ku menuju piano. Lalu ku tekan tuts tuts piano itu lembut.

When I look into your eyes
It's like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
There's so much they hold
And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul?

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up

And when you're needing your space
To do some navigating
I'll be here patiently waiting
To see what you find

'Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We've got a lot to learn
God knows we're worth it
I won't give up

I don't wanna be someone who walks away so easily I'm here to stay and make the difference that I can make
Our differences they do a lot to teach us how to use The tools and gifts we got yeah, we got a lot at stake
And in the end, you're still my friend at least we did intend For us to work we didn't break, we didn't burn
We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I've got, and what I'm not
And who I am

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up
Still looking up

*Prokprokprok*

"Suara kamu bagus banget, Gin."
"Makasih, Ri."
"Gin, aku sayang sama kamu."
"Aku tahu."
"Tapi, rasa ini, biarkan hanya kita berdua yang tau."
"Hmm."

Rian mulai memetik senar gitarnya lagi.

"Kamu tau lagu ini, kan?"
"Mmm, pyramid?"
"Ya. Mainin ya."
Aku hanya mengangguk. Lalu kami pun memainkan alat musik bersamaan dan lantunan indah mengalun dari bibir kita.

Shawty's love is like a pyramid (ooh)
We stand together till the very end (eh ooh)
There'll never be another love for sure (ooh)

Stones, heavy like the love you've shown
Solid as the ground we've known
And I just wanna carry on
We took it from the bottom up
And even in a desert storm
Sturdy as a rock we hold
Wishing every moment froze
Now I just wanna let you know
Earthquakes can't shake us
Cyclones can't break us
Hurricanes can't take away our love

Pyramid, we built this on a solid rock
It feels just like it's heaven's touch
Together at the top, like a pyramid
And even when the wind is blowing
We'll never fall just keep on going
Forever we will stay, like a pyramid

Cold, never ever wear any clothes
We will never let it fall
A story that was never told
Something like a mystery
And every step you took we've grown
Look how fast our time has flown
A journey to a place unknown
We're going down in history
Earthquakes can't shake us
Cyclones can't break us
Hurricanes can't take away our love

Pyramid, we built this on a solid rock
It feels just like it's heaven's touch
Together at the top, like a pyramid
And even when the wind is blowing
We'll never fall just keep on going
Forever we will stay, like a pyramid

Call me up, just just like that
Call me up, just just like that
Call me up, call me up, oh oh oh oh oh
Call me up, just just like that
Call me up, just just like that
Call me up, call me up, oh oh oh oh

Pyramid, keep it going
Pyramid, we built this on a solid rock
It feels just like it's heaven's touch
Together at the top, like a pyramid
And even when the wind is blowing
We'll never fall just keep on going
Forever we will stay, like a pyramid
Built this on a solid rock
It feels just like it's heaven's touch
Together at the top, like a pyramid
And even when the wind is blowing
We'll never fall just keep on going
Forever we will stay, like a pyramid
Pyramid, pyramid, pyramid, pyramid
Pyramid, pyramid, pyramid

Dia melihat kearahku. Lalu aku tersenyum penuh makna kepadanya.

"Aku sayang, aku cinta sama kamu, Gin!"
"Ya, akupun."
"Rasa ini mungkin gak akan pernah mati buat kamu, walaupun nanti pada akhirnya aku akan bersama orang lain. Aku cuma pengen kamu tau, kamu, pemilik hati aku."
"Kita terlalu banyak berkorban untuk orang lain, Ri."
"Kita nggak boleh egois, Gin. Biarkan cinta ini hanya kita yang merasakan. Biarkan ini menjadi cerita yang hanya kita berdua yang akan mengenangnya. Kita masih bisa bahagia, walaupun kita menjalani hidup masing-masing, walaupun...... Kita ngga bersatu."
"Ya, orang lain lebih penting. Hahaha."
Dia diam.
"Kenapa Tuhan mentakdirkan hidupku seperti ini? Ini semua sulit, untukku. Kita saling mencintai, tapi kita harus menguburnya dalam-dalam."
"Kadang, Tuhan mempertemukan dua insan yang saling mencintai, saling membutuhkan, dan saling menyayangi tetapi tidak untuk saling memiliki."
"Jadi kita harus bagaimana? Terus menutupi perasaan kita dari orang lain?"
"Hmm, untuk sekarang mungkin begitu. Berdo'a saja."
"Ya."
"Udah yuk, kita balik ke kelas. Kamu dulu gih! Biar nggak pada curiga."
"Iya. Duluan, ya."
"Gin," Dia memegang tanganku. Aku menoleh. Lalu dia mengecup pelan keningku. "Aku sayang sama kamu. Sekali lagi, aku sayang sama kamu."

Hari ini, hari yang tak akan pernah ku lupakan. Sungguh.

Kamis, 02 Mei 2013

Hari Pendidikan Nasional

06.59 Posted by Unknown No comments

Hallo, guys! Hari ini tanggal 2 Mei!! Hari Pendidikan Nasional! Emm, banyak yang pengen saya bahas disini.... Tapi, apa yaa? Saking banyaknya jadi bingung mau mengungkapkan apa hehe

Okay deh, tadi pagi saya melaksanakan upacara peringatan "Hari Pendidikan Nasional" bersama semua warga di sekolah saya. Saat bapak pembina membacakan amanat dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, ada beberapa hal yang saya garis bawahi.

Pertama, saya mendengar, "Pendidikan sebagai Vaksinasi". Oke, ini cukup menarik untuk saya. Pendidikan sebagai vaksinasi. Ulangi, Pendidikan sebagai vaksinasi. Sebetulnya, apa sih Pendidikan itu?
Kalau menurut saya, pendidikan itu adalah metode atau pembelajaran dalam membentuk suatu kepribadian. Setiap kepribadian seseorang bergantung pada bagaimana mereka 'dididik' baik itu dididik oleh orang tuanya, maupun oleh orang lain, termasuk para guru. Dalam hal ini, saya cukup bersemangat untuk berkomentar. Pendidikan sebagai vaksinasi itu saya artikan sendiri bahwa setiap orang wajib diberi vitamin agar membentuk seseorang yang sehat dalam lahir maupun batinnya. Maka, pendidikanlah yang berperan penting dalam hal ini. Jadi, maksudnya Vitamin yang mampu membentuk jiwa-jiwa yang sehat lahir batin itu adalah pendidikan. Semua hal berawal dari pendidikan, dari pembelajaran. Nah, dalam hal ini, bagaimana caranya agar guru sebagai tenaga pendidik bisa melahirkan jiwa-jiwa muda yang kedepannya bisa menghapuskan Korupsi, dan hal-hal buruk lainnya yang kini marak terjadi di negeri kita tercinta ini.
Saya berfikir sejenak, bagaimana bisa menciptakan jiwa-jiwa yang sehat lahir-batinnya jika pada kenyataannya kadang tenaga pendidik acuh tak acuh terhadap orang-orang yang didiknya? Seperti halnya pada saat ulangan lalu kemudian siswa mencontek tapi dibiarkan saja oleh guru tersebut. Siapa yang membuat siswa kecanduan mencontek? Jika saja pengawas mau lebih tegas, mungkin orang - orang yang kini ber-korupsi ria tidak akan ada di Indonesia. Kenapa saya berkata seperti itu? Karena ketika seseorang mencontek, lalu saat dia melanjutkan sekolahnya, dia tidak bisa apa-apa, bukan? Akhirnya dia menyogok agar bisa masuk ke universitas yang dia inginkan. Oke, ini bukan sepenuhnya salah guru. Orang tua juga bersalah jika sampai ikut-ikutan menyogok agar anaknya bisa sukses. Seharusnya, orang tua itu membiarkan anaknya bekerja keras, bukan malah memberinya uang dan selesailah sudah semuanya. Tidak semua masalah bisa selesai dengan uang, benar begitu?
Lalu kemudian ketika anak itu lulus dari universitasnya, apa yang dia cari? Pasti akan mencari uang sebanyak-banyaknya karena dalam benaknya sudah tertanam "Dulu gue sekolah dan kerja, masuknya pake duit. Harus ada timbal baliknya nih, seenggaknya gue bisa ngeraih duit gue yang dulu dibayarin buat nyogok"
Tidak semuanya seperti ini, tapi kebanyakan yaa seperti itu -mungkin-. Itu hanya sekedar pendapat saya, ya. Negara ini menghendaki pendapat, kan?

Oke hal yang kedua, "Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kegagalan dalam pelaksanaan Ujian Nasional lalu." Kurang lebih seperti itu lah yaa. Oke, disini saya sebagai salah seorang siswi, salah seorang pelajar di Indonesia dengan hormat ingin menyampaikan pendapat saya mengenai pelaksanaan UN kemarin. Kekacauan kemarin membuat saya ingin menangis, sungguh, miris sekali melihat dan mengetahui kakak kelas saya dengan semua keluh kesahnya. Apa gunanya sih UN jika pada kebanyakan pelaksanaannya banyak kunci jawaban bertebaran dimana-mana. UN hanya membebani siswa, menurut saya. Bagaimana tidak, sekolah 3 tahun dan penentuan kelulusannya hanya 4 hari, lalu pencapaiannya 'Jika tidak memiliki nilai rata-rata sekian, maka tak akan lulus.' Oke, ini yang membuat siswa stress. UN menghabiskan dana 600M dengan hasil pelaksanaannya yang kacau balau, coba uang itu digunakan untuk kepentingan lain, lebih bermanfaat bukan? Itu hanya menurut pandangan saya.

Hal yang ketiga, saya hanya berharap ada penurunan beban untuk kami, para siswa-siswi SMA yang dalam satu minggu harus menguasai kurang lebih 20 mata pelajaran. Bagaimana mau menguasai mata pelajaran jika bahan ajar yang diberikan begitu padat? Membuat penat dan keseriusan belajar menghilang, karena terlalu lelah. Kenapa tidak dicoba agar anak memilih pelajaran yang disukainya saja? Agar siswa dapat fokus dengan jurusannya, dengan pilihannya yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Oke, sebetulnya masih banyak hal lain yang ingin saya ungkapkan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional tahun ini. Namun, intinya, saya hanya ingin ada perubahan dari sistem pendidikan di Indonesia agar tidak semraut seperti saat ini. Peran terpenting disini adalah kembali kepada pemerintah yang mengelola dan menggerakkan negara. Apakah akan bergerak maju atau hanya tetap disini saja dengan status perkembangan yang buruk. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kelancangan saya berbicara seperti ini, tapi negara ini menghendaki setiap orang yang akan berpendapat, kan? Semoga di tahun-tahun berikutnya pendidikan di Indonesia semakin maju, karena saya sendiri, orang Indonesia, tidak ingin tetap berada dalam status 'Negara Berkembang'. Terimakasih.

Rabu, 01 Mei 2013

Cinta yang Terpendam (Part 2)

03.35 Posted by Unknown No comments

Pagi ini pagi yang cerah. Namun tidak, untukku. Semuanya terasa kelam, semuanya terlalu rumit. Aku menyayangi Radit, hanya saja tidak melebihi rasa sayang ku kepada Rian. Rasa sayangku kepada Rian lebih tinggi, lebih besar, lebih lebih lebih segala-galanya. Terkadang aku heran, aku sakit hati ketika melihat Mitha berjalan dengan Radit. Hal yang wajar, bukan? Aku kekasihnya. Ralat, aku mantan kekasih Radit. Seseorang yang sama keras kepalanya dengan Rian, seseorang yang senang menyelesaikan masalah dengan kepala meledak-ledak. Ahh, kenapa aku jadi memikirkan Radit? Tuhan, aku mohon, jangan buat aku seperti ini :'(
Aku mematut diriku di depan kaca di kamarku. Mataku bengkak, habis menangis tadi malam. Terlalu memikirkan ketiganya, Radit, Mitha dan....... Rian. Semua kendali ada di tangan Rian. Karena memang sejak awal, Rian kan yang menyuruhku menerima cinta Radit? Tapi, semenjak aku dan Radit menjalin hubungan, kami mulai merenggang. Arrrrgghhh!! Semuanya semakin rumit! Aku membutuhkan Rian. Sangat sangat membutuhkan Rian.

-------------------------------------------------

Aku berjalan di koridor sekolah. Bel akan berbunyi 1 menit lagi. Aku melewati kelas Radit, lalu ku percepat langkahku, takut-takut jikalau Radit akan menahanku dan membuat aku semakin sakit hati. Aku memang tidak terlalu mencintainya, dan seharusnya aku tidak perlu sakit hati ketika aku melihat Radit dan Mitha berduaan, tapi, namanya sudah ada hubungan, kan, lama kelamaan akan muncul perasaan. Benar begitu?

"Gin, mata kamu kenapa? Habis nangis, ya? Kenapa?" tanya teman sebangku ku, Annisa.
"Nis, aku putus dengan Radit."
"Serius Gin?"
"Iya."
"Sabar ya, mungkin ini udah jalan yang terbaik."
"Hmm."
"Udah ngga boleh nangis-nangis lagi yaa. Toh kamu masih punya aku, masih punya temen-temen kamu yang sayang sama kamu. Masih punya..... Hmm, Rian."

*DEG*

"Hmm, masih punya Rian. Hahaha" Aku tertawa hambar. Tak ada kerenyahan didalamnya. Mataku pun mulai berair. Aku menangkupkan kepalaku kedalam lipatan tanganku. Kepalaku semakin terasa pusing.
"Gin!! Gina!! Jangan nangis dong!! Yah yah yah!"
"Aku nggak apa-apa kok. Nggak nangis. Hehe"
"Maafin aku ya, aku ngga bermaksud ngingetin kamu sama Rian. Maafin aku."
"Iya nggak apa-apa"
"Udah jangan nangis, Gin! Kamu kan kuat!!"
"Ya, kuat. Kuat banget."

-------------------------------------------------

Bel pulang berbunyi. Aku masih  berdiam di kelas. Kelas sudah sedikit kosong. Hanya tinggal sekitar 10 orang. Dan Rian masih ada di luar kelas.

"Ri, Gina masih ada?"
"Ada tuh, Dit. Kenapa? Ada masalah lagi?"
"Hmm. Break up."
"Serius?"
"Ya."
"Kapan?"
"Semalem. Gue masuk, ya?"
"Ya. Selesein masalah lo, Bro!"
"Hmm"

Ku dengar derap langkah seseorang. Lalu berhenti tepat di dekatku. Ku angkat kepalaku. Ada Radit. Kini, hanya tinggal kami berdua. Pedahal beberapa detik yang lalu aku masih mendengar suara-suara teman-temanku. Mereka tahu keadaan mungkin ya.

"Hai, Gin."
"Hmm. Ada apa kamu kesini?"
"Hanya memastikan kamu baik-baik saja."
"Aku baik-baik aja kok."
"Gin, aku dengan Mitha itu nggak ada apa-apa. Aku mohon kamu percaya. Aku cinta sama kamu."
"Aku percaya kok sama kamu. Aku percaya, diantara kamu dan Mitha ada sebuah perasaan. Semua orang bisa melihat itu. Bukan cuma aku yang bilang dan bisa ngeliat itu semua."
"Kita cuma sahabatan. Sumpah deh!"
"Sahabat jadi cinta, iya kali."
"Gin, please!"
"Dit, please! Aku capek!"
"Tapi Gin, percaya sama aku! Aku dulu emang suka sama dia. Tapi itu dulu Gin, dulu!"
"Cinta yang tumbuh dulu bisa aja kan balik lagi? Lagian aku bisa terima kok kalau kamu mau sama dia. Aku nggak akan ngelarang. Itu hak kalian buat bahagia. Kalo kamu bahagia sama dia, aku bisa apa? Nggak ada hal lain yang perlu aku tahan. Aku nggak mau jadi penghalang cinta kalian."
"Kenapa kamu nggak mau mencoba memperjuangkan aku?"
"Bukan aku yang nggak mau memperjuangkan, Dit. Aku cuma perlu merelakan kamu buat sama Mitha. Dan sekarang, aku ngelakuin itu. Aku duluan, ya."
"Gin!! Gina!!"

Aku membuka pintu kelas. Ada Rian. Aku melihatnya. Tepat dimatanya. Aku menatapnya sendu. Dia memperhatikanku, seakan bertanya 'Kamu baik-baik aja, kan?'. Aku hanya tersenyum simpul. Lalu pergi meninggalkannya.

* Rian P.O.V *

Aku melihat Gina keluar kelas. Matanya menatap sendu. Sungguh, jika bisa, aku ingin memeluknya. Mencoba menguatkan gadis itu. Karena dari awal, aku yang menyuruhnya masuk kedalam hidup Radit.
Semenit kemudian, Radit keluar kelas. Aku melihat kearahnya. Dia pun duduk dihadapanku.

"Gue musti gimana?"
"Emang masalahnya apa sih? Kalian kenapa?"
"Dia ngira gue suka sama Mitha. Gue emang sayang sama dia. Tapi cuma sebatas sahabat. Nggak lebih."
"Beneran cuma sebatas sahabat?"
"Lo kok nanya gitu?"
"Ya nggak apa-apa sih. Mastiin doang."
"Nggak tau. Gue bingung sama perasaan gue. Gue sayang dua-duanya. Tapi gue nggak bisa milih."
"Mending sekarang lo pastiin hati lo mau kemana. Mau ke siapa. Pilih salah satu. Nggak usah serakah! Hahaha"
"Kampret, lo!"
"Eh gue pergi dulu ya! Ada urusan. Cukup pastiin hati lo. Dadah sayang. Muaah!"
"Ciih dasar homo lo!"
"Hahaha"

'Tenang, Gin. Semuanya bakalan baik - baik aja.'

-------------------------------------------------

Aku merebahkan tubuhku di kasur. Ahh hari ini memang sangat- sangat melelahkan!

*drrt drrt*

'Siapa nih yang sms?' fikirku.

From : Rian
Hai, Gin!!

Rian. Tumben sekali anak ini menghubungiku setelah sekian lama tak memberiku kabar. Cukup lama aku membalas pesannya. Bingung. Antara harus membalas atau aku biarkan. Akhirnya aku memutuskan untuk membalas pesannya.

To : Rian
Hai, Ri! Ada apa?

From : Rian
Kamu putus?

To : Rian
Ya, gitu deh.

From : Rian
Sabar, Gin! Everything gonna be alright. Seperti yang aku bilang dulu.

To : Rian
Aku tersiksa, Ri. Aku harus gimana?

From : Rian
Kamu sayang sama dia?

To : Rian
Hmm, dikit.

From : Rian
Ciee ternyata anak kecil bisa jatuh cinta juga.

To : Rian
Ri!!!!!!!

From : Rian
Aku kangen kamu, Gin!

To : Rian
Aku juga:'(

From : Rian
Jangan nangis! :')

To : Rian
Hmm.

From : Rian
Kadang, cinta itu datang kepada dua insan yang memiliki rasa yang sama tetapi tidak diizinkan untuk bersatu karena ada beberapa alasan yang membuatnya seperti itu. Cinta itu tak harus memiliki, Gin! Good night! Mimpi indah, ya! :-)

Aku membaca pesan terakhirnya. Air mataku meleleh seketika. Aku tak bisa mengontrol diriku. "Cinta tak harus memiliki, Gin!" Pesannya itu. Pesannya itu yang membuat ku tertegun lalu kemudian aku berfikir keras, 'Akankah selamanya seperti ini? Menyembunyikan perasaan yang seharusnya dirasakan indah? Akankah selamanya kita tidak bisa menggenggam satu sama lain? Akankah tak ada kesempatan untukku bersamanya? Akankah tak ada kesempatan untukku, Tuhan?'
Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Meluapkan seluruh emosiku. Meluapkan seluruh perasaanku. Ini semakin rumit! Aku tak pernah membayangkan akhirnya akan seperti ini. Tuhan, aku harus bagaimana? Aku harus berbuat apa?

Senin, 29 April 2013

Cinta yang Terpendam (Part 1)

16.24 Posted by Unknown No comments

Masa - masa putih abu-abu itu memang masa-masa yang paling rumit. Maklum, masih labil, masih berada diantara remaja dan dewasa. Ekhm.. Masih proses menuju pendewasaan -mungkin-. Banyak hal yang dapat aku ambil dari setiap hal yang terjadi dalam hidupku. Terutama dalam hal, cinta dan perasaan. Jujur, dua hal ini yang paling rumit ketika aku melewati fase ini. Merasakan sebuah perasaan yang tak tahu harus di-bagai-mana-kan, tak tahu harus dikemanakan, dipendam? I think it's not a good idea! Aku berhak bahagia, bukan? Ahh tapi jika bahagia ku luka untuk orang lain, sungguh, aku orang yang kejam! :")
Baru kali ini aku dihadapkan pada kisah rumit tentang cinta yang ku genggam, pedahal sejak dulu, aku selalu berpacaran dengan awal dan akhir yang indah. Tapi yang ini berbeda, bersama kamu, mencintai kamu, ini semua rumit. Tak ada awal dan akhir, hanya sebuah rasa yang diharuskan terbang bersama angan tanpa tujuan. Hmm, cukup membuat kepala ku ingin meledak dan mati membawa serpihan luka. Tapi aku masih berfikir, aku masih yakin, aku bisa menghadapi masalah rumit ini, walaupun ku tahu pada akhir cerita aku tak akan bisa bersamamu, orang yang benar-benar aku cinta.

-------------------------------------------

"Aku mencintai kamu, Gin"
"Ya, akupun begitu. Tapi, aku sudah punya orang lain. Maafkan aku. Mungkin suatu saat nanti kita kan bersatu, jika Tuhan menuliskan namaku dalam takdirmu"
"Ya sudahlah. Tak apa. Emm boleh aku memelukmu? Sekali ini saja."
Aku tak menjawab. Dia kemudian memelukku dan meneteskan sedikit air matanya. Laki-laki yang banyak dipuja wanita ini menangis, dipelukanku. Aku tak tahu harus berbuat apa. Matanya memancarkan kesungguhan. Tuhan, aku tak sanggup. Aku mencintainya. Air mataku menetes. Dia pun memelukku lebih erat dan membisikkan sesuatu tepat di telingaku.
"Aku bener-bener sayang sama kamu. Kamu sayang aku kan?" Aku mengangguk, "Kalau nanti aku berpacaran dengan orang lain, jangan sakit hati. Karena kamu harus tahu 1 hal, hati aku, selalu dan akan selalu milik kamu."
"Maafin aku ya, Ri. Aku sayang kamu juga."

Kejadian itu seakan terpatri dalam otakku. Terputar layaknya sbuah kaset yang tak pernah usang maupun rusak. Selalu membuat aku -si empunya- menahan luka perih.

*Beberapa bulan kemudian*

"Gin, ada yang suka sama kamu tuh! Anak kelas sebelah. Sahabat aku hehe"
"Siapa, Ri?"
"Itu loooh Radit!"

*JLEB*

"Tapi aku nggak suka sama Radit, Ri! Aku sayang sama kamu! Bukan Radit!"
"Sekali ini saja. Dia sahabatku. Tolong, bahagiakan."
"Tapi, Rian, perasaan itu nggak akan bisa dipaksain! Aku nggak bisa!"
"Semua akan berjalan baik, percayalah." Dia tersenyum, manis, sangat manis.
"Tapi, bagaimana dengan perasaan mu? Bagaimana dengan perasaanku?"
Dia pun memelukku, "Perasaan kita, hanya kita yang tahu. Aku akan tetap seperti ini. Lagipula, Radit tidak tahu perasaan ku seperti apa. Jadi, aku tidak mau membuat persahabatanku runtuh begitu saja. Everything will be allright. Percayalah."
"Jadi kamu lebih mementingkan perasaan dia? Kamu mengorbankan perasaan ku juga, Ri!" Tangisanku pun pecah. Aku terduduk lesu. Tak tahu harus berbuat apalagi. Rian, kenapa harus seperti ini?
"Semuanya akan baik-baik saja. Aku, mencintai kamu. Dan aku tahu apa yang harus ku lakukan saat ini. Ini, sudah yang terbaik. Jalani saja. Aku akan selalu berdiri dibelakangmu, meski tanpa terlihat oleh orang lain. Tolong, terima kedatangannya. Demi aku."
"Baiklah jika itu yang kamu inginkan. Ini semua, demi kamu."
"Sekali lagi, semua akan baik-baik saja. Kamu percaya aku, kan?"
Rahangnya mengeras, mempertegas keinginannya. Dia keras kepala, egois, dan seenaknya. Tapi, hal itulah yang membuat ku penasaran dengan dia. Tuhan, aku mencintainya.

-----------------------------------------------

Pendekatan itu pun dimulai. Awalnya aku memang tak nyaman. Tapi ya, ku coba dulu saja, siapa tahu ada feel, bukan?

"Gin, aku suka sama kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?"
"Iya, Radit"

-----------------------------------------

"Gin, aku sayang sama kamu."
"Ya, aku tahu."
"Bentar ya, hp aku geter nih."
"Siapa?"
"Mitha."
"Kenapa?"
"Gak apa-apa."
"Jangan bohong! Aku tau semuanya. Aku tau perasaan kamu ke Mitha gimana. Kamu cinta, kan sama dia?"
Radit diam. Dia tak menjawab pertanyaanku.
"Kalau kamu memang lebih mencintainya, pergilah dengan dia. Aku tak mau menjadi penghalang cinta kalian."
"Nggak, Gin. Aku cuma cinta sama kamu."
"Pulang, yuk!"
"Tunggu, Gin. Kita harus selesaikan ini."
"Besok lagi saja, aku lelah."

-----------------------------------------------

"Gin, Radit kok sering keliatan bareng sama Mitha sih? Bukannya dia pacar kamu?"
"Hmm, taudeh. Katanya sih mereka sahabatan. Yaudahlah"
"Sahabat macam apa itu, Gin? Seharusnya Radit menghabiskan waktunya bersama kamu! Bukan sama cewek lain!"
"Aku harus gimana? Toh itu emang udah maunya Radit kan?"
"Kamu terlalu baik untuk disakiti, Gin! Setiap orang pun pasti akan berpendapat sama seperti aku ketika mereka melihat Radit dengan Mitha, itu bukan sahabat! Itu cinta! Aku cuma ngga mau kamu sakit hati, Gin!"

Aku hanya tersenyum miris. Malang sekali nasibku. Dikalahkan oleh wanita lain. Tapi, itu hanya sahabatnya, kan? Tak ada yang lebih dari hubungan mereka. Hanya sahabat. Tapi tak menutup kemungkinan, Mitha, masa depan Radit.

Semua berjalan kacau. Kisahku dengan Radit, kisah Radit dengan Mitha, lalu kisahku dengan..... Rian. Semuanya rumit.

---------------------------------------

"Radit, aku mau cerita kita selesai disini. Aku ngga bisa bertahan lebih lama. Kamu mencintai Mitha, kan? Pergilah bersamanya. Biarkan aku disini, sendiri."
"Tapi Gin, aku dengan Mitha itu tak ada apa-apa!"
"Tak perlu banyak bercerita! Matamu sudah menjelaskan semuanya. Selamat malam!"

-----------------------------------------

I won't give up on us
Even if the skies get rough

From : Radit

Gin, aku sayang sama kamu. Cuma kamu! Tolong percaya aku! Kamu mau kan mengulangi cerita ini?

To : Radit

Maaf. Aku tidak bisa. Sejak dulu aku bertahan. Dan mungkin kini aku sudah lelah. Maafkan aku, dan tolong jangan hubungi aku lagi.

-------------------------------------------

Semenjak aku memutuskan hubungan ku dengan Radit, semua nya semakin rumit. Aku, masih mencintai Rian, sahabat Radit.
Aku sudah mencoba menahan semuanya. Semua rasa yang aku lahirkan untuk Rian ternyata sudah mengakar. Sejak dulu, aku mencintainya. Dan hingga saat ini, rasa itu semakin menjadi. Namun, apa yang bisa kita berdua lakukan? Semuanya terhalang tembok besar. Aku dipisahkan tembok tebal dengan Rian. Ya, Radit, tembok besar itu adalah, Radit. Bagaimana mungkin aku dan Rian memaksakan perasaan kita jika akhirnya Rian harus di cap sebagai "Pagar makan tanaman" atau "makan teman sendiri"
Aku tak mau lelaki yang ku sayangi, Rian, di cap seperti itu. Sungguh!