'Tuhan...... Kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang mengalami ini semua? Kenapa? Kenapa dia tak menepati janjinya?'
Gadis itu menangis ditengah keramaian taman kota. Kejadian beberapa saat yang lalu yang jelas-jelas ia lihat dengan mata kepalanya sendiri masih terbayang dalam otaknya. Orang yang selama ini ia percayai ternyata........ Menghianatinya.
'Kenapa dari dulu laki-laki yang ada dalam hidupku selalu menyakiti ku? Kenapa selalu menghianati aku? Tuhan... Kenapa ini harus terjadi padaku? Kenapa setiap laki-laki yang sudah aku percayai ternyata tidak mampu menjaga kepercayaanku? Oh Tuhan.... Kenapa?!'
Lagi-lagi gadis itu menangis. Air matanya tak mampu ia bendung. Luka hatinya kini terbuka -lagi-. Untuk yang kedua kalinya, laki-laki yang ia cinta meninggalkannya.
*****
"Lis, selama ini aku telah mengenal kamu. Mungkin memang ini terlalu cepat jika dihitung dari awal kita berkenalan. Namun, aku rasa ini waktu yang tepat. Aku suka sama kamu. Emm, kamu mau jadi pacarku?"
*DEG!!*
Gadis itu merasa ada yang menghentakkan jiwanya. Hatinya mencelos ketika ia melihat dan mendengar dengan jelas apa yang dilakukan Rian barusan. Matanya mulai berair. Sedetik kemudian, ia tak mampu lagi membendung air matanya. Ia kemudian keluar dari restoran sialan itu dan berlari sekencang-kencangnya. Tanpa arah.
Seketika tubuhnya sudah tak mampu lagi berlari. Untungnya ia menemukan taman, kemudian duduk disalah satu bangku.
Tangisannya belum mereda. Nafasnya terengah-engah.
Lagi, untuk kedua kalinya hal ini terjadi padanya. Rian -orang yang telah mengembalikan rasa percayanya kepada laki-laki- membuat luka lama itu hadir lagi.
'Tuhan...... Kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang mengalami ini semua? Kenapa? Kenapa dia tak menepati janjinya?
'Kenapa dari dulu laki-laki yang ada dalam hidupku selalu menyakiti ku? Kenapa selalu menghianati aku? Tuhan... Kenapa ini harus terjadi padaku? Kenapa setiap laki-laki yang sudah aku percayai ternyata tidak mampu menjaga kepercayaanku? Oh Tuhan.... Kenapa?!'
'Dulu, papa menghianati mama dan meninggalkan kita hanya untuk wanita brengsek yang baru saja dikenalnya. Kenapa Rian sama dengan papa? Kenapa Tuhan?'
Air matanya terus mengalir. Ia terluka. Ia terluka. Ia..... Terluka.
Gadis itu telah lelah. Air matanya sudah mulai berhenti walaupun isakannya masih belum berhenti. Ia pun memutuskan untuk pulang. Ia menyetop taksi dan masuk kedalamnya.
"Komplek Permata Indah ya, Pak"
Sopir taksi itu mengangguk.
Kejadian itu lagi-lagi terputar jelas dalam fikirannya. Ia menyenderkan kepalanya, lalu memejamkan matanya. Berharap semuanya akan hilang dari otaknya. Hanya berharap.
-----
Sesampainya dirumah, ia langsung menuju kamarnya. Lalu bergegas membersihkan badannya berharap kondisinya bisa lebih baik.
Ia melihat pantulan wajahnya di kaca. Matanya merah dan..... bengkak. Ia kemudian berlalu, menuju kasurnya. Lalu menangis -lagi-.
Dulu, saat papanya meninggalkan dia dan mamanya, ia masih belum paham apa yang sebenarnya terjadi. Namun, rasanya memang agak sama. Ada sesuatu yang mencelos. Dan yang ini ternyata lebih menyakitkan.
Rian dan papanya, sama. Sama-sama membuat luka dihatinya.
"AARRGGH!!"
Fahira -gadis itu- berteriak sekencang - kencangnya. Meluapkan seluruh emosinya.
*Flashback*
"Hai Hiraa. Lagi apa?"
"Hai Rian. Ini mau ngambil buku tapi ngga nyampe huhu"
"Cupcup jangan sedih gitu dong. Yang mana bukunya? Sini biar aku ambilin."
"Itu yang itu. Thank you yaa"
"Iya. Ur welcome cantiiiik"
"Yee apaan sih haha"
"Mukanya kok merah gitu sih? Kenapa? Ahaha"
"Ihh apasih ngga kok. Jangan digodain dong Riaaan."
"Haha iya enggak kok enggak. Kamu itu lucu yaa." ucapnya mengacak pelan rambut Hira.
'Rian. Seseorang yang telah mengubah pandanganku terhadap laki-laki. Ia berbeda. Aku..... Menyukainya -mungkin-.
-----
"Ri, play kaset ini yaa."
"Jangaaaan! Mending yang ini."
Oh, her eyes, her eyes, make the stars look like they're not shining
Her hair, her hair, falls perfectly without her trying
She's so beautiful, and I tell her every day
Yeah, I know, I know, when I compliment her she won't believe me
And it's so, it's so, sad to think that she don't see what I see
But every time she asks me do I look ok, I say
When I see your face, there's not a thing that I would change
Cause you're amazing, just the way you are
And when you smile, the whole world stops and stares for a while
Because girl you're amazing, just the way you are(yeah)
Her lips, her lips, I could kiss them all day if she let me
Her laugh, her laugh, she hates but I think it's so sexy
She's so beautiful, and I tell her every day
Oh, you know, you know, you know, I'd never ask you to change
If perfect's what you're searching for then just stay the same
So, don't even bother asking if you look ok
You know I'll say
When I see your face, there's not a thing that I would change
Cause you're amazing, just the way you are
And when you smile, the whole world stops and stares for a while
Because girl you're amazing, just the way you are
The way you are, the way you are
Girl you're amazing, just the way you are
When I see your face, there's not a thing that I would change
Cause you're amazing, just the way you are
And when you smile, the whole world stops and stares for a while
Cause girl you're amazing, just the way you are. Yeah
Lantunan indah mengalun dari bibirnya. Rian memang punya suara yang bisa membuat aku meleleh. Agak lebay sih. Tapi memang itulah kenyataannya.
"Ra, aku boleh suka sama kamu?"
"Ha? Apa? Coba ulang?"
"Aku boleh suka sama kamu?"
"Ha?" Aku tersentak. Kaget. Bercampur bahagia. "Yaa terserah."
"Kamu suka ngga sama aku?"
"Harus banget aku jawab? Hihi"
"Serius, Raaa"
"Iya, aku suka sama kamu, Rian."
"Aku janji bakal sayang sama kamu,ngejaga kamu terus... Jangan biarin aku suka sama cewe lain ya, Fahira."
-----
'Kenapa jadi gini, Rian?'
'Kenapa kamu ngga nepatin janji kamu?'
'Aku kangen kamu, aku kangen kita.'
-------
4 bulan kemudian.
I have died everyday waiting for you.
Darling don't be afraid I have loved you for a thousand years.
'Sms dari siapa sih?'
From : Rian
Hai Fahira. Aku mau ketemu sama kamu di bukit tempat biasa kita bareng. Besok aku jemput jam 3 sore ya. See you.
'Apalagi sih maunya dia? Rrrr'
To : Rian
Ngga perlu dijemput. Nanti aku kesana sendiri.
-------
"Hai Hira. Udah lama nunggu?"
"Ngga kok."
Keheningan mulai menyelimuti mereka. Mereka terlalu kaku untuk memulai pembicaraan.
Rian P.O.V
'Duh kok kaku gini sih? Aku harus memulai pembicaraan nih. Udah saatnya.'
"Mm Ra, aku minta maaf yaa"
"Untuk?"
"Untuk segala hal yang udah aku lakuin."
"Oh iya, ngga apa-apa."
"Kita jarang bareng lagi ya 4 bulan ini. Aku kangen kamu."
"Selamat ya, Rian, untuk hubungan kamu sama pacarmu. Semoga langgeng."
Dia menoleh ke arahku dan tersenyum. Oh tidak!! Senyumnya itu terlihat sangat terpaksa. Matanya menyiratkan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja. Ya Tuhan....
"Aku udah putus sama dia, Ra."
"Oh ya? Yaudah sih ngga penting buat aku, hehe."
"Aku kangen sama kamu, Ra."
Fahira P.O.V
"Aku kangen sama kamu, Ra."
Oh my God! Jangan bilang itu Rian, please.
Air mata ku mulai mencair dan jatuh diatas pipiku.
'Jangan nangis. Kamu kuat, Hira!'
"Oh ya?"
"Kamu kenapa? Nangis?"
"Eh ngga ko."
"Jangan bohong."
"Iya bener kok ngga nangis."
"Aku minta maaf, udah ninggalin kamu. Ngga nepatin janji aku. Maafin aku, Hira. Ada sesuatu yang ngga bisa aku jelasin ke kamu."
Tangisan ku pun pecah. Isakan ku mengeras. Ya Tuhan, kuatkan aku.
"Jangan nangis. Maafin aku, Hira. Maafin aku."
"Udahlah, ngga apa-apa."
"Kamu mau kan ngulangin ini semua dari awal? Please, Hira. Aku bakalan ngejaga kamu. Dan nepatin janji aku."
"Maafin aku, Rian. Maafin aku. Aku ngga bisa ngulangin semuanya. Kamu udah bikin kepercayaan aku buat kamu hilang. Aku ngga mau sakit hati lagi."
Diapun memelukku. Aku berusaha berontak.
"Jangan berontak. Sekali ini aja, please."
"Kamu jahat Rian! Kamu jahat! Kenapa kamu lukain aku? Kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa Rian? Kenapa harus aku? Kenapa saat aku udah sayang banget sama kamu, kamu justru ninggalin aku? Kenapa kamu mainin perasaan aku? Aku bukan boneka Rian. Aku bukan boneka!"
"Maafin aku, Hira."
Beberapa menit kemudian dia melepaskan pelukannya.
"Aku mau pulang, Rian. Duluan ya."
"Tunggu! Aku anterin kamu ya."
"Ngga usah, makasih."
"Please, satu kali ini aja."
"Yasudah"
--------