Bahkan, jika aku tak mampu berucap, apa hatimu mampu membaca gelagatku?

Minggu, 29 September 2013

A Letter For You 4 : Should I give up?

06.20 Posted by Unknown No comments

One minute ago, before I wrote this letter, I was reading our text. I remember how we talk each others. And do you know what happend to me? My heart beat faster, my feel is uncontrolable. Everytime with you was playing like an old-film on my mind.

Do you still remember everytime with me?

Then, tonight I realize that.... Huh. Why did you go? Why did you leave me alone? I will fight for you, forever. But, would you do the same thing? Now, I don't know what should I do, cause you aren't same anymore.

Should I give up on you?

—Me.

Rabu, 25 September 2013

A Letter For You 3 : I Miss You. I Miss Us.

01.40 Posted by Unknown No comments

I miss our conversation. Can I go back to the day when I feel better with you? Can we go back to every moment that we've made? No one else. My heart is always yours, dude!

I wish that you will be here by my side, cause I know I need you so much. Everytime I feel that I'm better without you, a part of my heart would say, "You're weak and he is your weakness." Then I realize that I was never been better without you.

I always wondering that you were never be better without me, hahaha. Funny isn't it? You make me crazy all the time.

When will you come back? I'm tired of this situation, without you.

—Me

Senin, 23 September 2013

Mengapa Berubah?

03.58 Posted by Unknown No comments

Selamat malam wahai rembulan yang sinarnya selalu membentuk senyum manismu,
Malam ini langit begitu cerah,
Namun nyatanya hatiku tak secerah langit kota Bandung malam ini.

Aku berjalan sendiri, menyepi,
Ingatanku kembali pada kamu, pada kita,
Ya, kita yang dulu.

Kali ini, duka menyelimuti diriku,
Malam yang sendu, pikirku,
Ah, lagi, malam ini aku hanya sendiri, tanpa kamu lagi.

Semuanya telah berakhir,
Berakhir menjadi puing-puing kenangan yang menghantui pikiran,
Tahukah kamu bahwa aku selalu merindu?
Merindukan mu, setiap waktu.
Entahlah, luka ini memang mungkin tak kan sembuh,
Akan selalu terkenang,
Akan selalu membekas.

Lorong ingatanku berjalan pada kejadian-kejadian saat pertama,
Kita berbagi canda,
Tawamu, senyum mu, selalu dapat ku nikmati walau tak ada seorang pun yang tahu,
Lalu, saat ku berikan semua hatiku untukmu,
Aku tahu saat itu, kamu memang untuk ku, milik ku.

Manis.
Segalanya berjalan manis sebelum akhirnya kamu memutuskan untuk pergi,
Untuk mengakhiri segalanya.
Ada apa? Ada apa denganmu?
Hatiku terasa sesak.
Separuh jiwa ku terasa hilang,
Entah mengapa, namun itulah kenyataannya,
Hatiku hampa, bagai daun yang jatuh dari tangkainya, tak berdaya.

Segalanya berubah cepat,
Secepat kilat yang menyambar.
Mungkin, memang hanya aku yang merasa kehilangan,
Karena sedari awal, aku yang menaruh harapan terlalu besar,
Pada kamu, bintang hatiku.
Kamu berubah, tak lagi sama,
Tak ada pesan, tak ada canda tawa, tak ada senyuman, tak ada apa pun.
Tahukah? Tahukah kamu bagaimana terpuruk nya aku?
Dimana kamu yang dulu?
Kemana aku harus mencari jiwamu yang dulu?
Tidak kah kita mencoba untuk kembali seperti dulu,
Walaupun tak ada ikatan, namun tetap ada percakapan singkat,
Aku hanya meminta itu, simple bukan?
Tak bisakah kamu menghiraukan kicauan orang lain?
Karena segala ini adalah tentang hati, dan mereka tak pernah merasakan apa yang aku rasakan.

Hidup itu memang keras,
Kenyataan itu memang pahit,
Dan kehilangan itu memang menyakitkan,
Terlebih yang kini aku rasakan adalah kehilangan kamu,
Kebahagiaanku.

Dari ku, untukmu.

Dedicated for someone who can't be moved

Minggu, 22 September 2013

Love In the Rain

02.48 Posted by Unknown No comments

Lelaki itu menatap rintikan kecil di luar sana. ’Ah, hujan’, pikirnya.
Ingatannya melambung pada kejadian kemarin. Ia teringat pada sosok wanita yang semalaman tadi menghantui pikirannya, hingga sekarang, hingga malam ini. Wanita yang membuatnya jatuh cinta dengan hujan. Wanita yang membuatnya mengerti sepercik realita kehidupan. Wanita yang di temuinya di sudut kedai kopi untuk menunggu hujan. Ah, mengapa ia harus merindukannya?

~~~~~
———

Siang ini Jakarta diguyur hujan. Aku memutuskan untuk berteduh sejenak di kedai kopi yang ada di depan kampus ku. Ku buka pelan pintu kaca, lalu ku edarkan pandangan ku mengelilingi kedai kopi ini. Penuh. Lalu kemudian mataku berhenti di sudut ruangan. Ada satu kursi tersisa. Namun, ada seorang wanita duduk di depan kursi kosong itu. Ku lihat wanita itu menyesap pelan secangkir kopi panas yang ada di hadapannya. Matanya tak lepas dari guyuran hujan di luar sana. Bibirnya mengulum senyuman. Manis.
Entah mengapa, ada sesuatu yang menarikku untuk segera menghampirinya.

”Hai. Boleh saya duduk disini?”
wanita itu menoleh kaget, lalu kemudian mengangguk pelan.
”Terimakasih.”

Ku panggil pelayan, lalu ku pesan secangkir Vanilla Latte kesukaanku. Ku pandangi lekat-lekat wajahnya. Memang benar, wanita ini sangat manis. ”Tidak perlu menatapku seperti itu. Aku bukan seorang teroris ataupun artis terkenal.”
”Eh..”, aku tersentak, ”Maaf.”
”Hm”
”Kalau boleh tahu, kamu suka hujan?”
”Ya, aku menyukai hujan. Namun, aku juga membenci beberapa bagian dari hujan.”
Aku menyesap kopi yang telah ku pesan, pandanganku tetap tak beralih darinya.
”Kamu suka hujan?”
Aku tersentak, ”Kau bertanya padaku?”
”Ya.”
”Aku tak suka hujan. Hujan seolah membawa duka untuk orang-orang. Aku benci dengan hujan.”
”Kamu belum merasakan sensasi sebenarnya saat air yang turun dari langit itu membasahi wajahmu. Menurutku, hujan datang untuk melenyapkan rasa lelah yang tergambar dari wajah kita. Kesejukannya akan membawa ketenangan pada hati. Kamu mau coba?”
”Di luar hujan besar, kau gila? Nanti kita sakit, kau mau?”
”Kamu percaya saja padaku. Cepat habiskan kopimu.”
Aku pun menyeruput kopi yang tersisa. Lalu, aku mengikuti gadis itu keluar kedai. Entah mengapa, aku bahkan tak tahu siapa namanya. Namun ia mampu menarikku ke dalam ’dekapan magnetnya’.

Dia berlari menuju taman sebelah kedai. Aku melihatnya tertawa lepas. Dia membalikkan badannya, lalu berteriak, ”Sini cepat!”
Aku pun berlari mengikuti perintahnya. Dia menarik tanganku, lalu menyuruh untuk membentangkan tanganku itu.
”Coba liat ke atas. Jadilah teman hujan, dan rasakan kesejukan yang kamu rasakan.”
”Oke.”
Aku pun menuruti perintahnya. Dan, perlahan hujan membasahi wajahku. Sejuk. Ia benar, aku merasakan kesejukannya.
Aku menutup mata, dan merasakan aliran hujan mulai membasahi pakaian ku.
”Gimana? Aku bener kan?”
”Hmm..”
”Duduk di kursi itu, yuk!”
Aku mengangguk pelan, lalu detik kemudian ia menarik tanganku -lagi-
”Aku mencintai hujan, hujan selalu membawa dan mengangkat seluruh duka, letih dan kelelahan yang selalu aku rasakan. Walupun aku tahu, ada kesesakan kala aku ingat seseorang yang mengenalkan ku pada hujan. Aku percaya, hujan adalah teman yang tak akan pernah mengkhianati. Aku juga tahu, hujan datang tak selalu membawa pelangi, sama seperti hidup yang kadang tak berwarna. Namun, bukankah kita harus tetap percaya bahwa kebahagiaan selalu datang dan selalu Tuhan ciptakan untuk kita? Oh ya, terimakasih sudah mau menemaniku bermain.”
”Sama-sama, terimakasih juga telah memberi tahu ku tentang hal ini.”
”Aku harus pergi. Sekali lagi, terimakasih, ya. Belajarlah mencintai hujan!”
”Kau mau kemana? Hey! Tunggu! Siapa namamu?”
”Aku akan memberitahu mu jika kita bertemu lagi saat hujan. See you!”
”Aku tunggu!” ucapku berteriak. Dia pun mengacungkan jempolnya dan berlari di tengah derasnya hujan.

~~~~~
———

Untuk kamu, yang mengenalkanku pada hujan
Malam ini, Jakarta di guyur hujan -lagi-
Ah, entah mengapa aku merindukan kamu,
Kamu yang semestinya asing dalam hidupku
Namun, sekali lagi, entahlah aku merindukan kamu, dan senyum manismu
Sayangnya, aku tak tahu namamu,
Aku ingin bertemu denganmu, sungguh,
Karena ku rasa, aku jatuh cinta padamu,
pada kamu, yang mengenalkanku pada hujan,
Semoga Tuhan akan mempertemukan kita kembali pada saat hujan

Sabtu, 21 September 2013

A Letter For You 2 : Take Care!

07.35 Posted by Unknown No comments

Hi, you. Good night!
I've written this letter, for you. I know I can't sent this letter, because I know, I'm not yours anymore. I can't share any thing to you. Huh. I've tired of this situation. But, what should I do, now? You've gone and leave me here all alone.

Okay, back to the topic, hehe.
I know you're so busy with your organization. But, that's the last of your program, right?
Take care, take care, take care.
Take care with any thing. I know you can do the best! Be a leader who always keep fighting for everything! I always pray for you, here.

I love you.
—Me

Kamis, 19 September 2013

No-Title

22.45 Posted by Unknown No comments

Jejak - jejak langkah kakimu masih tertapak di pasir itu,
Ya, pasir pantai di ujung pulau,
Ombak yang menggulung seakan tak mau menghapusnya,
Menghapus jejak kakimu, jejak kakiku, jejak kaki kita.
Senja menggulung, mengukir jingga yang mengulum senyum,
Senyum manis, namun tak semanis senyuman mu,
Senyuman yang dulu masih milik ku.

Aku terdiam,
Kamu terpaku,
Kita membisu,
Menatap deburan ombak ditemani langit yang gelap dihiasi ribuan bintang,
Lagi, mereka membentuk senyuman mu,
Sekali lagi, senyum yang dulu masih milik ku.

Dalam kenang lalu,
dan dalam getar duka,
Hujan menemani tangisan malam ini,
Malam saat aku menyadari kamu tak lagi di sampingku,
Lagi, kini aku sendiri,
Tanpa kamu, ataupun bayanganmu.
Bagaimana bisa aku melihat bayanganmu jika kamu saja tak ada di hadapanku?!
Ah, lagi, air mataku jatuh  bersamaan dengan air hujan yang menyapa malam,
Hanya dingin yang menemani hati dan jiwa yang kosong ini,
Aku lelah,
Lelah pada kenyataan bahwa aku bukan milik mu lagi,
Lelah pada kenyataan bahwa aku tak mampu bersamamu lagi,
Lelah pada kenyataan bahwa aku kini sendiri,
Lalu, siapa yang akan ku cari saat ini jika kamu tak ada lagi?
Kepada siapa aku harus datang ketika aku membutuhkan pelukan saat hati ku lelah bertahan?
Kepada kamu-kah aku harus datang? HAHAHA!
Lucu-kah?

Aku tak nyaman dengan keadaan ini,
Keadaan dimana aku harus berpura-pura tak mengenal 'kita',
Beritahu aku, kemana aku harus berjalan?
Karena di persimpangan ini, aku tak menemukan mu sama sekali.
Pulanglah dengan segera,
aku selalu menantimu.

The Answer

07.10 Posted by Unknown No comments

Hai.
Aku cuma mau bilang, ”Iya, kamu emang ngangenin, sampe aku juga kangen setiap waktu sama kamu.”
Huh. Cepet balik, gue kangen sumpah!
Ngeselin tapi ngangenin, kan?”

Stuck. Bunuh aja gue bunuh. Huh. Bisa aja ya bikin gue stuck ga bisa ngapa-ngapain.

Senin, 16 September 2013

A Letter for You

05.30 Posted by Unknown No comments

Good night, there. I've missed you all the time. Everytime I am in the crowd, I always think of you. I don't know why, but that's the fact that I've never been better without you. Huh, there's nothing from you. No missed calls. No voice-mails. No text messages. Nothing.
I've stopped being sad. I've tried stop missing you. But I think it's pretty obvious that I still love you. Hahaha funny isn't it?
Now, I am a human with no ability to moving on. Hfa. I love you:')

Sabtu, 14 September 2013

Demi Bahagiamu

04.45 Posted by Unknown No comments

Demi nyiur yang menari di ujung pasir putih,
dengan kenangan yang menyeruak memecah gelap
Aku berjalan memendar sunyi, sendiri

Bayanganmu seakan menjadi candu,
candu hidup yang semakin hari semakin menggerogoti hati
Lorong ingatanku berjalan menuju hari dimana kita mengucap cinta,
disini, aku memadu kasih, mengucap kata 'ya' dan merasakan peluk hangat tubuhmu, untuk yang pertama kali
Rindu semakin menggerogoti pikirku, saat ku sadari malam ini aku telah sendiri, tanpa mu lagi

Demi indahnya matahari yang terbenam di ufuk barat, sungguh, aku tak ingin kamu pergi
Banyak kata yang belum sempat ku sampaikan,
Banyak kerinduan yang sampai saat ini ku pendam,
Banyak, segala hal tentangmu selalu banyak menutupi akal sehatku
Haruskah? Haruskah kita berpisah secepat ini saat baru saja kita temui satu persimpangan jalan?
Haruskah? Haruskah kamu bertanya kemana kamu harus pergi saat kau lihat dengan jelas aku menunggumu di ujung persimpangan jalan yang lain?
Lalu, mengapa kamu meninggalkanku saat aku masih berdiri menantikan kamu?
Haruskah kita berjalan sendiri, lagi?

Aku merindukan kamu, merindukan setiap petikan senar gitar yang tercipta hanya untuk ku
Aku merindukan kamu, merindukan setiap ucapanmu yang selalu membuatku merasa aman
Aku merindukan kamu, merindukan sederetan angka dan soal matematika yang siap kau ajarkan padaku
Aku merindukan kamu, merindukan kebisuan bibirku saat aku berhadapan denganmu
Aku merindukan kamu,
merindukan setiap detakan jantungku yang berjalan secepat kilat saat aku bersamamu
Aku merindukan kamu, merindukan kegugupan ku saat kamu menatapku
Aku merindukan kamu,
merindukan senyum manismu yang hanya untukku
Aku merindukan kamu, merindukan belaian tanganmu di kepala ku
Ah, aku terlalu merindukan banyak hal darimu
Merindukan 'kita', yang dulu

Haruskah kita mengawali cerita kembali untuk saling menemukan?
Seperti Adam dan Hawa yang bertemu -kembali- saat Sang Kuasa memisahkan
Apakah? Apakah kamu mau berjuang menemukan ku seperti aku yang akan selalu berjuang untukmu?

Secangkir kopi menjadi saksi, saat kebisuan menjelma menutupi bibir yang siap mengucap sepatah kata
Jangan pergi, aku tak mampu sendiri, tanpamu.
Namun lagi, tak ada yang mampu membayar mahal kesunyian yang tercipta malam ini, malam saat aku harus membiarkanmu pergi
Hatiku berontak, akal ku mendadak tak sehat
Aku tak mau! Aku tak mau kamu pergi, sayang.”
Namun nahas yang terjadi,
sekali lagi, bibir ku membisu, sulit tuk berucap
mataku menatap nanar bayangmu yang pergi menjauh
Sakit. Sakit yang ku rasa kala aku harus membiarkan mu meninggalkan ku

Namamu selalu terucap saat aku memanjatkan sepucuk do'a pada Sang Kuasa
Masih do'a yang sama, seperti dahulu saat kita masih bersama
Masih do'a yang sama, mungkinkah Tuhan mempersatukan kita -lagi- ?

Demi bahagia yang Tuhan cipta untukmu, walau aku harus terluka kala aku menyadari hal ini, aku rela
Ku biarkan kamu pergi, agar kamu mengerti, kamu terlalu berarti untuk tak ku bahagiakan
Sekali lagi, ku biarkan kamu pergi, agar kamu memahami, kamu selalu patut ku bahagiakan, walau bahagiamu menyiksa hati dan diri ku

Malam ini, aku hanya berharap
Berharap agar kamu tak pernah lupa dengan hari itu
Berharap agar kamu 'cepat pulang' dan 'tahu jalan pulang'
Berharap........ kamu tak pernah menyesali 'kita'
Untukmu, kebahagiaanku
Aku, selalu disini, untukmu

Senin, 09 September 2013

Kamu; Segeralah Pulang dan Kembali

02.12 Posted by Unknown No comments

Sejatinya, rasa dan hati yang ku punya -saat ini- adalah untukmu, atau bahkan rasa ini akan selamanya bersemayam di hatiku. Who knows? Entah itu akan menjadi hal yang buruk, atau justru sebaliknya, aku tak tahu. Yang jelas, hati ku selalu milikmu. Hingga detik ini, saat kamu membaca serangkaian ungkapan hatiku.

Lumrah nya, berjalan itu kedepan, kan? Iya, ke depan. Lah aku? Masih selalu diam di tempat. Tak ada yang lain yang ku lakukan. Hanya menunggu mu kembali. Kembali merajut cerita usang. Kembali menggenggam tanganku, memberiku kekuatan untuk segala hal. Karena sesungguhnya, aku membutuhkan mu untuk selalu merawat hatiku yang rapuh.

Selalu, lagi-lagi kamu yang selalu membuat ku resah dalam satu waktu. Membuat kebahagiaan dan luka dalam waktu sekaligus. Hebat. Sungguh.
Perasaan ku mungkin telah mengakar kuat di dasar hati tempat ia tumbuh. Salahkah? Please, if it's wrong, tell me now! :')

Hai kamu, sejujurnya, banyak hal yang ingin ku sampaikan padamu. Hanya saja, aku tak tahu harus memulainya darimana. Yang jelas, hati aku masih selalu milikmu. Rinduku masih untukmu. Be right back, ya. Aku tunggu.

Semoga yang pergi; cepat kembali dan tidak lupa untuk kembali. - Dwitasari

Untuk kamu, calon polisi di masa depan.

Minggu, 01 September 2013

Lagi; Tentang Kamu

04.06 Posted by Unknown No comments

Aku baru sadar akan sesuatu hal, lewat sebuah tweet yang isinya kurang lebih kayak gini

       ”pelajaran dari senja: sebab beberapa hal yang indah hanya berlangsung sementara.” — benzbara_

Iya. Sementara. Hanya sekejap yang dirasa. Kadang hal yang indah itu selalu tertutupkan oleh derasnya luka. Luka? Lagi?  Iya. Hidup itu memang seperti itu, kan? Selalu ada bayaran untuk segala hal.

Seperti cinta, ia indah. Tapi nyatanya, keindahan itu hanya bertahan sementara. Tergantung dari bagaimana kamu membuat nya bertahan, sementara, atau lebih lama?
Mungkin bayaran yang pas untuk segala rasa, bahagia dan kasih sayang untukmu adalah luka yang selalu mengorek sebagian kecil dari ingatanku. Iya, aku sudah bahagia denganmu. Aku merasakan bahagia yang luar biasa. Masalah yang datang pada kita, ku biarkan mengalir begitu saja. Bukankah memang pada suatu hubungan itu yang membuatnya kuat adalah bagaimana kita bertahan ketika masalah itu menggerogoti suatu hubungan. Tapi, balik lagi. Aku lupa, lupa hal bahwa kamu bisa pergi kapan saja, lupa akan hal bahwa kamu bisa meninggalkanku kapan saja, lupa bahwasanya kamu bisa saja tak siap dengan segala masalah yang terjadi. Dan pada akhirnya, kamu pergi disaat aku sadar kamu lah yang paling berarti. No one else.

Ingatan tentang mu selalu bergejolak, bergelayut manja pada tiang-tiang pikiranku yang kini tak kokoh lagi. Iya, tak kokoh karena kamu. Bagai rayap yang selalu memakan kayu - kayu yang kuat. Kamu dan bayanganmu yang merapuhkan segalanya. Termasuk tempat perasaan itu muncul, kini telah rapuh keadaannya.
Tidak ada yang salah akan hal yang selama ini terjadi. Hanya saja mungkin kamu yang terlalu berarti untukku, terlalu sulit untuk ku lepaskan. Bagaimana bisa melepaskan disaat perasaan dan hatiku selalu dipenuhi tentang kamu?

Lagi. Ini hal yang sulit. Aku diharuskan berjalan sendiri ketika aku membutuhkan kamu untuk memegangi tanganku. Memberikan energi untuk aku selalu bertahan. Namun, lagi, aku tak mampu berbuat apa-apa ketika kamu berjalan begitu saja di hadapanku seolah aku tak pernah berarti apa-apa untukmu. Ataukah? Ataukah memang aku tak pernah berarti untukmu? Haha. Menyedihkan.

Hal yang paling ku ingat tentang senja adalah kamu. Pemanis segala cerita dalam hidupku yang merangkap sebagai kopi pahit. Ah, sudahlah. Mungkin seterusnya akan begini. Ketika aku merindukan kamu, maka inilah yang akan ku lakukan. Mengingat sedikit tentang kamu, menikmati bayanganmu yang masih saja menggelayut manja di pikiranku, menikmati kenangan yang kita miliki saat senja, dulu. Walaupun akhirnya selalu ada air mata yang tumpah saat aku menyadari, kamu tak lagi disini.

Saat kenangan mengorek hati dan pikiran.