Bahkan, jika aku tak mampu berucap, apa hatimu mampu membaca gelagatku?

Senin, 29 April 2013

Cinta yang Terpendam (Part 1)

16.24 Posted by Unknown No comments

Masa - masa putih abu-abu itu memang masa-masa yang paling rumit. Maklum, masih labil, masih berada diantara remaja dan dewasa. Ekhm.. Masih proses menuju pendewasaan -mungkin-. Banyak hal yang dapat aku ambil dari setiap hal yang terjadi dalam hidupku. Terutama dalam hal, cinta dan perasaan. Jujur, dua hal ini yang paling rumit ketika aku melewati fase ini. Merasakan sebuah perasaan yang tak tahu harus di-bagai-mana-kan, tak tahu harus dikemanakan, dipendam? I think it's not a good idea! Aku berhak bahagia, bukan? Ahh tapi jika bahagia ku luka untuk orang lain, sungguh, aku orang yang kejam! :")
Baru kali ini aku dihadapkan pada kisah rumit tentang cinta yang ku genggam, pedahal sejak dulu, aku selalu berpacaran dengan awal dan akhir yang indah. Tapi yang ini berbeda, bersama kamu, mencintai kamu, ini semua rumit. Tak ada awal dan akhir, hanya sebuah rasa yang diharuskan terbang bersama angan tanpa tujuan. Hmm, cukup membuat kepala ku ingin meledak dan mati membawa serpihan luka. Tapi aku masih berfikir, aku masih yakin, aku bisa menghadapi masalah rumit ini, walaupun ku tahu pada akhir cerita aku tak akan bisa bersamamu, orang yang benar-benar aku cinta.

-------------------------------------------

"Aku mencintai kamu, Gin"
"Ya, akupun begitu. Tapi, aku sudah punya orang lain. Maafkan aku. Mungkin suatu saat nanti kita kan bersatu, jika Tuhan menuliskan namaku dalam takdirmu"
"Ya sudahlah. Tak apa. Emm boleh aku memelukmu? Sekali ini saja."
Aku tak menjawab. Dia kemudian memelukku dan meneteskan sedikit air matanya. Laki-laki yang banyak dipuja wanita ini menangis, dipelukanku. Aku tak tahu harus berbuat apa. Matanya memancarkan kesungguhan. Tuhan, aku tak sanggup. Aku mencintainya. Air mataku menetes. Dia pun memelukku lebih erat dan membisikkan sesuatu tepat di telingaku.
"Aku bener-bener sayang sama kamu. Kamu sayang aku kan?" Aku mengangguk, "Kalau nanti aku berpacaran dengan orang lain, jangan sakit hati. Karena kamu harus tahu 1 hal, hati aku, selalu dan akan selalu milik kamu."
"Maafin aku ya, Ri. Aku sayang kamu juga."

Kejadian itu seakan terpatri dalam otakku. Terputar layaknya sbuah kaset yang tak pernah usang maupun rusak. Selalu membuat aku -si empunya- menahan luka perih.

*Beberapa bulan kemudian*

"Gin, ada yang suka sama kamu tuh! Anak kelas sebelah. Sahabat aku hehe"
"Siapa, Ri?"
"Itu loooh Radit!"

*JLEB*

"Tapi aku nggak suka sama Radit, Ri! Aku sayang sama kamu! Bukan Radit!"
"Sekali ini saja. Dia sahabatku. Tolong, bahagiakan."
"Tapi, Rian, perasaan itu nggak akan bisa dipaksain! Aku nggak bisa!"
"Semua akan berjalan baik, percayalah." Dia tersenyum, manis, sangat manis.
"Tapi, bagaimana dengan perasaan mu? Bagaimana dengan perasaanku?"
Dia pun memelukku, "Perasaan kita, hanya kita yang tahu. Aku akan tetap seperti ini. Lagipula, Radit tidak tahu perasaan ku seperti apa. Jadi, aku tidak mau membuat persahabatanku runtuh begitu saja. Everything will be allright. Percayalah."
"Jadi kamu lebih mementingkan perasaan dia? Kamu mengorbankan perasaan ku juga, Ri!" Tangisanku pun pecah. Aku terduduk lesu. Tak tahu harus berbuat apalagi. Rian, kenapa harus seperti ini?
"Semuanya akan baik-baik saja. Aku, mencintai kamu. Dan aku tahu apa yang harus ku lakukan saat ini. Ini, sudah yang terbaik. Jalani saja. Aku akan selalu berdiri dibelakangmu, meski tanpa terlihat oleh orang lain. Tolong, terima kedatangannya. Demi aku."
"Baiklah jika itu yang kamu inginkan. Ini semua, demi kamu."
"Sekali lagi, semua akan baik-baik saja. Kamu percaya aku, kan?"
Rahangnya mengeras, mempertegas keinginannya. Dia keras kepala, egois, dan seenaknya. Tapi, hal itulah yang membuat ku penasaran dengan dia. Tuhan, aku mencintainya.

-----------------------------------------------

Pendekatan itu pun dimulai. Awalnya aku memang tak nyaman. Tapi ya, ku coba dulu saja, siapa tahu ada feel, bukan?

"Gin, aku suka sama kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?"
"Iya, Radit"

-----------------------------------------

"Gin, aku sayang sama kamu."
"Ya, aku tahu."
"Bentar ya, hp aku geter nih."
"Siapa?"
"Mitha."
"Kenapa?"
"Gak apa-apa."
"Jangan bohong! Aku tau semuanya. Aku tau perasaan kamu ke Mitha gimana. Kamu cinta, kan sama dia?"
Radit diam. Dia tak menjawab pertanyaanku.
"Kalau kamu memang lebih mencintainya, pergilah dengan dia. Aku tak mau menjadi penghalang cinta kalian."
"Nggak, Gin. Aku cuma cinta sama kamu."
"Pulang, yuk!"
"Tunggu, Gin. Kita harus selesaikan ini."
"Besok lagi saja, aku lelah."

-----------------------------------------------

"Gin, Radit kok sering keliatan bareng sama Mitha sih? Bukannya dia pacar kamu?"
"Hmm, taudeh. Katanya sih mereka sahabatan. Yaudahlah"
"Sahabat macam apa itu, Gin? Seharusnya Radit menghabiskan waktunya bersama kamu! Bukan sama cewek lain!"
"Aku harus gimana? Toh itu emang udah maunya Radit kan?"
"Kamu terlalu baik untuk disakiti, Gin! Setiap orang pun pasti akan berpendapat sama seperti aku ketika mereka melihat Radit dengan Mitha, itu bukan sahabat! Itu cinta! Aku cuma ngga mau kamu sakit hati, Gin!"

Aku hanya tersenyum miris. Malang sekali nasibku. Dikalahkan oleh wanita lain. Tapi, itu hanya sahabatnya, kan? Tak ada yang lebih dari hubungan mereka. Hanya sahabat. Tapi tak menutup kemungkinan, Mitha, masa depan Radit.

Semua berjalan kacau. Kisahku dengan Radit, kisah Radit dengan Mitha, lalu kisahku dengan..... Rian. Semuanya rumit.

---------------------------------------

"Radit, aku mau cerita kita selesai disini. Aku ngga bisa bertahan lebih lama. Kamu mencintai Mitha, kan? Pergilah bersamanya. Biarkan aku disini, sendiri."
"Tapi Gin, aku dengan Mitha itu tak ada apa-apa!"
"Tak perlu banyak bercerita! Matamu sudah menjelaskan semuanya. Selamat malam!"

-----------------------------------------

I won't give up on us
Even if the skies get rough

From : Radit

Gin, aku sayang sama kamu. Cuma kamu! Tolong percaya aku! Kamu mau kan mengulangi cerita ini?

To : Radit

Maaf. Aku tidak bisa. Sejak dulu aku bertahan. Dan mungkin kini aku sudah lelah. Maafkan aku, dan tolong jangan hubungi aku lagi.

-------------------------------------------

Semenjak aku memutuskan hubungan ku dengan Radit, semua nya semakin rumit. Aku, masih mencintai Rian, sahabat Radit.
Aku sudah mencoba menahan semuanya. Semua rasa yang aku lahirkan untuk Rian ternyata sudah mengakar. Sejak dulu, aku mencintainya. Dan hingga saat ini, rasa itu semakin menjadi. Namun, apa yang bisa kita berdua lakukan? Semuanya terhalang tembok besar. Aku dipisahkan tembok tebal dengan Rian. Ya, Radit, tembok besar itu adalah, Radit. Bagaimana mungkin aku dan Rian memaksakan perasaan kita jika akhirnya Rian harus di cap sebagai "Pagar makan tanaman" atau "makan teman sendiri"
Aku tak mau lelaki yang ku sayangi, Rian, di cap seperti itu. Sungguh!

Jumat, 26 April 2013

Tolong, Yakinkan Aku

15.49 Posted by Unknown No comments

"Setiap laki-laki itu sulit dicerna gimana sebenarnya mau dia, siapa tau aja ada maksud lain ketika kamu deket sama dia, lalu kemudian dia pergi dengan yang lain, lalu akhirnya kembali lagi sama kamu. Siapa tau dia cuma mainin kamu, kan?" - Mama

Itu omongan mama yang udah bikin aku labil -lagi- antara memilih tetap tinggal atau justru meninggalkan cerita klasik yang akhirnya menggantung tanpa arah. Aku sayang sama kamu, aku tahu itu. Tapi, ada sesuatu hal yang selalu kamu sisakan untuk -PR- aku, berfikir, apakah kamu sama seperti aku? Apakah hatimu sama seperti hatiku? Kepercayaan ku sedikit terkikis ketika dulu kamu pergi. Sudahlah, itu cerita masalalu yang tak perlu ku korek ataupun ku gali lagi. Aku sudah cukup tersiksa ketika kejadian itu menimpa aku, diriku sendiri. Jadi, tak perlu ku ingat lagi, bukan? Hanya akan menimbulkan luka lagi yang bahkan -mungkin- tak pernah kering hingga sekarang.

Satu-satunya alasan yang membuat aku bertahan hingga sekarang itu adalah janji kamu, walaupun tidak tertera di atas kertas dengan materai dan ditandatangani oleh jari - jari indahmu, walaupun hanya dalam sebatas pesan singkat yang mungkin tak berarti apa-apa -untukmu-, tapi, satu hal yang harus kamu tahu, hal itu berarti banyak, berarti besar untukku.

Dulu, aku jatuh cinta dengan tutur lembut kamu ketika berhadapan dengan seorang wanita, especially, aku. Aku jatuh cinta dengan cara kamu membuat aku tertawa dan meledeki ku didepan koridor dulu. Aku jatuh cinta setiap kali kita berpapasan dan kamu selalu menyapa ku dengan senyum simpul yang mampu membuat aku membeku. Senyum yang sangat indah yang memberi aku kekuatan ketika aku rapuh. Perkenalan kita memang singkat, tapi rasa sayang yang aku lahirkan untuk kamu ngga berlangsung singkat. Wajar bukan bila awalnya kamu memberi harapan hingga akhirnya aku yakin kamu adalah satu-satunya yang terbaik untukku -saat ini- ? Tidak ada yang patut disalahkan, karena cinta itu tidak pernah salah. Ia hanya memberikan pelajaran tentang sesuatu yang tak pernah kamu mengerti dari awal, isi, dan akhir cerita. Ia berjalan mengikuti alur cerita hidup seseorang, bagaikan tetesan air jernih yang mengalir dari ujung lembah hingga ujung laut.

Aku melihat kamu bukan dari sisi fisik. Fisik kamu biasa saja, menurutku. Tak ada yang special dari kamu, si jangkung yang melindungiku, terdengar sedikit -lebay- ya? Tapi, itulah kenyataannya. Tak ada yang bisa aku banggakan dari fisikmu :-P
Aku tak melihat kamu dari segi kemampuan otakmu. Bukan meremehkan kemampuanmu dalam hal berfikir. Aku yakin, dan aku tahu, kemampuan kamu jauh lebih besar dariku, dan itu sudah terbukti. Setiap orang pasti menginginkan seseorang yang memiliki kemampuan yang cerdas dalam bidang pelajaran, tapi -mungkin- kalaupun kamu, ehm 'bodoh', aku akan tetap menyayangi kamu:-)
Mungkin yang aku lihat dari kamu itu, dari ketaatan kamu untuk berkomunikasi dengan Allah. Aku senang, selalu senang ketika dulu kita masih kelas X dan aku melihat kamu memasuki musholla sekolah ketika orang lain sibuk beristirahat dari lelahnya menghadapi rentetan soal ujian. Itu. Itu yang aku suka dan menumbuhkan rasa percaya aku sama kamu.

Aku tau gimana kamu, aku tau gimana buruknya kamu, tapi, yang harus kamu tau, aku ngga pernah bisa ngebenci kamu ketika kamu menyakiti sahabatku sendiri, ketika aku tau bagaimana sifat kamu yang aku jadikan tekad "Kamu harus bikin dia ngerubah sifat dia yang buruk itu, Haw!"
Cinta, yang mengajarkan aku bagaimana caranya ia melepaskan kebencian, karena aku tau aku sayang kamu itu ketika aku mau belajar memahami dan menerima kekurangan kamu. Mau berjuang walaupun kamu tak akan memperjuangkan aku, mau menjaga kamu walaupun kamu tak akan menjaga aku.

Sekarang, ketika kita kembali dekat, entah mengapa ada sesuatu yang hilang ketika aku berdua bersamamu. Sensasi itu sedikit menghilang, tidak seutuhnya menghilang, mungkin hanya sepersekian persen. Tapi tetap saja, hal itu yang membuat aku ragu -lagi- sama kamu. Aku cuma pengen kamu dateng saat ini juga, dan yakinin aku, kalo cinta aku masih dan akan selalu ada buat kamu. Sekali lagi, tolong yakin kan aku, kalo hati aku seutuhnya milik kamu. Yakinkan aku, kalo hati kamu memang buat aku dan kita punya rasa yang sama. Hmm, Ich liebe Dich<3

Kamis, 25 April 2013

Kamu, Paling Mengerti

03.45 Posted by Unknown No comments

Hujan itu punya cerita tersendiri yang mampu mengingatkan aku pada kenangan yang hmm...... Manis dan pahit.

Dulu, aku senang hujan. Sekarang pun begitu, hanya saja tidak -addict- seperti dulu. Ya, hujan memiliki kenangan tentang aku dan mereka. Aku senang saat hujan tiba, apalagi ketika hujan yang besar itu berawal dari rintik-rintik yang tidak seberapa.

Aku senang dengan hujan, ia bisa aku jadikan -tempat- untuk meluapkan segala keluh-kesah yang terjadi dalam hidupku. Aku senang bercerita dengan hujan. Menangis, salah satunya. Orang lain tidak akan tahu ketika aku menangis dalam derasnya air hujan. Itulah mengapa aku menyukai hujan. Dia, pengertian sekali :")

Selain hal ini, aku senang dengan aroma hujan.. Entahlah mengapa, aroma hujan selalu menarik ku kedalam ingatan-ingatan masa lalu dan memutar film-film itu dalam otakku.

Ketika film-film itu terputar dalam otakku, aku bisa berkaca pada kesalahanku dimasa lalu. Mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang aku lakukan. Hujan, aku senang ketika bersamamu. Kamu, sesuatu yang paling mengerti aku. Aku merindukanmu, merindukan rintikan itu membasahi wajahku, seakan mengangkat seluruh beban hidupku. Hujan, aku mencintaimu.

Minggu, 07 April 2013

Heart, Hurt and Hard

06.24 Posted by Unknown No comments

Gadis kecil itu terduduk di sebuah kursi di ujung danau. Ia melihat sepasang angsa putih yang sedang berenang bersama, berdua. Tak disangka, ujung bibirnya menaik ke atas. Seulas senyum terlukis indah di bibirnya. Ah....... Andai saja dia bisa melakukan hal yang sama seperti angsa itu..... Berdua, bersama orang yang dicintainya.

Orang itu, lagi-lagi orang itu yang ada di fikirannya. Orang yang selama ini telah membuat dia dengan susah payah membangun dan membenarkan letak hatinya yang -mungkin- mulai retak. Ia sudah lama menahan kesakitannya. Namun, entah mengapa dia tak pernah mau menggantikan sosok lelaki itu dihatinya. Jangan kan menggantikan sosoknya, berhenti memfikirkannya saja dia tidak bisa, apalagi menggantikannya, bukan begitu?

Tiba-tiba air matanya mulai menetes. Dulu, lelaki itu yang membawanya ke tempat ini. Tepat satu tahun yang lalu. Tapi kini, ia datang sendirian. Tanpa laki-laki itu. Ah.... Lagi-lagi kenangan itu terputar cepat diotaknya. Lagi-lagi sosok lelaki itu memenuhi fikirannya. Ia tak pernah berfikir kebahagiaan itu berlalu sangat cepat. Tidak! Ia tak boleh seperti ini! Bukankah ia wanita yang tegar? Lalu, mengapa masih menangisi orang yang jelas-jelas sudah bahagia bersama wanita lain? Bukankah ia harus berbahagia melihat orang yang dicintainya bahagia bersama wanita pilihannya? Ia tak boleh egois!

Ia masih melihat angsa itu berenang-renang melintasi danau. Mereka bahagia sekali. Sangat sangat bahagia. Gadis itu kemudian berfikir, "Mengapa Tuhan tak mengizinkan aku berbahagia dengan mu?" "Mengapa Tuhan membuatku harus bertahan dalam luka?" "Mengapa.... Mengapa perasaan ku tak bisa aku hentikan untuk kamu?"

Tetesan air mengguncang ketenangan danau itu. Ah... Hujan. Fikirnya. Ia masih duduk di sana. Di kursi itu. Entah apa yang ia tunggu. Mungkin ia masih asyik melihat bayangannya bersama laki-laki itu, walaupun akhirnya ia pasti akan terluka. Namun entahlah ia selalu senang melakukannya. Ia mau terluka, walau hanya untuk melihat bayangan laki-laki itu. Pengorbanan? Pengorbanan macam apa itu?!!

Hujan pun mulai turun dengan derasnya. Namun gadis itu tetap tak mau beranjak dari tempat duduknya. Ia mungkin sudah tak perduli dengan kondisi fisiknya. Toh bentuk hatinya pun sudah tak tahu seperti apa. Kotak, persegi, bulat, trapesium, segi enam atau bahkan tak berbentuk? Mungkin.

1 jam... 2 jam... 4 jam...
Waktu berlalu sangat cepat dan gadis itu masih tetap duduk disana. Wajahnya pucat pasi, seperti mayat yang sudah siap dikafani. Matanya merah. Sepertinya ia menangis habis-habisan. Meluapkan seluruh emosinya terhadap lelaki itu. Meluapkan seluruh isi hatinya yang kini mulai lelah menghadapi kenyataan. 'Dia tak memilihmu. Dia tak memilih, kamu.'

"Kamu tau gak kenapa heart, hurt dan hard itu kalo dibaca kedengerannya sama?"

"Nggak. Emangnya kenapa?"

"Kamu tau hati? Dia akan merasakan sesuatu yang membahagiakan. Lalu, kamu tahu kan lawan dari bahagia itu, sedih? Kesedihan itu akan timbul ketika hati kamu mulai terluka."

"Lalu, setelah hati aku terluka bagaimana?"

"Kamu tahu kan kalau kamu terluka karena masalah perasaan itu sebabnya apa?"

"Ya, terlalu mencintai dan menyayangi, bukan?"

"Iya. Jadi, setelah kamu terluka, kamu harus berusaha keras untuk memulihkan perasaan kamu. Kamu harus berusaha keras untuk memilih antara melupakan, atau justru mempertahankan. Itulah mengapa heart, hurt dan hard nyaris terdengar sama. Mereka, saling bekaitan."

"Aku harap kamu nggak akan pernah membuat aku merasakan luka dan membuat aku harus memilih seperti itu, ya. Aku sayang kamu."

"Iya, nggak akan. Ngga akan pernah."

Hujan mulai mereda. Namun tangisannya tak kunjung mereda. Ia pun mulai berdiri dan menghapus air matanya. Mencoba melupakan laki-laki itu, dan beranjak pergi membiarkan sisa masa lalunya tetap bermain di sana. Di danau itu.

Selasa, 02 April 2013

Semenjak Aku

04.26 Posted by Unknown No comments

Semenjak aku mengenal kamu,
Aku tahu, apa itu bahagia.
Semenjak aku mengenal kamu,
Aku tahu, ada sesuatu yang menggebu.
Semenjak aku mengenal kamu,
Aku tahu, ada rasa yang lain yang aku simpan untukmu.
Semenjak aku tahu ada perasaan lain,
Sejak itulah aku tahu, aku mencintai kamu.

Semenjak aku mencintai kamu,
Aku tahu, bagaimana rasanya menyayangi setulus hati.
Semenjak aku menyayangi kamu,
Aku tahu, bagaimana itu luka.
Semenjak aku mengenal luka,
Aku tahu, bagaimana sebenarnya pengorbanan.
Semenjak aku berkorban untukmu,
Aku tahu, bagaimana seharusnya aku memperjuangkan.
Semenjak aku memperjuangkan kamu sendirian,
Aku tahu, bagaimana Tuhan memberikan aku kekuatan.

Ya, semuanya berawal dari kamu,
Seseorang yang selama satu tahun terakhir ini menarik perhatianku.
Seseorang yang ku anggap asing -dulu-
Darimu, aku belajar bagaimana mencinta sesungguhnya.
Bagaimana aku menyayangi kamu setulus hatiku.
Aku tak pernah menyangka rasa ini akan hadir untuk kamu,
Seseorang yang bahkan aku sendiri tak pernah menyangka akan hadir dihidupku.
Aku mengenal kamu,
Lalu aku mencintai kamu,
Begitu hingga akhirnya aku benar-benar menyayangi kamu.

Semenjak aku menyayangi kamu,
Aku tahu bagaimana bahagia dan luka bisa terasa sama,
Simple, karena aku menyayangi kamu.
Semenjak aku menyayangi kamu,
Aku tahu bagaimana seharusnya kamu tahu akan perasaanku.
Semenjak aku menyayangi kamu,
Aku tahu, bahwa kita saling menyayangi.
Semenjak kamu mengatakan hal itu,
Aku tahu bahagia itu seperti apa.
Tapi, semenjak kamu meninggalkan ku,
Bahagia itu lenyap lalu berganti menjadi luka.
Semenjak kamu meninggalkanku,
Aku tahu bagaimana aku bertahan dalam perihnya ditinggalkan.
Semenjak kamu meninggalkanku,
Aku tahu bagaimana susahnya aku berkorban.
Siapa yang tidak susah berkorban ketika luka yang kamu berikan bagaikan api yang tak pernah padam?
Siapa yang tak sakit hati ketika aku telah lama menunggu lalu akhirnya ditinggalkan?

Tidak, aku tidak akan menyalahkan kamu,
Bagaimanapun hal ini terjadi, aku berterimakasih padamu,
Karena semenjak aku terluka olehmu, semenjak itulah aku tahu bagaimana aku harus kuat menahan sakit hati yang seakan tak pernah sembuh ini.
Semenjak aku mengenal kamu,
Aku tahu, bagaimana Tuhan memberi aku kekuatan.
Terimakasih untuk kamu,
Walaupun sebenarnya aku lelah untuk menyayangi kamu,
Tapi, entahlah perasaan ini mengapa tak pernah hilang.
Karena terlalu menyayangimu, kah?



Oleh : Siti Nur Hawa; Ketika semua kejadian denganmu terputar cepat seperti sebuah film yang tak ada akhirnya.

Biografi

02.47 Posted by Unknown No comments

Penyanyi bernama lengkap Sri Rossa Roslaina Handiyani, atau yang akrab disapa Rossa, lahir di Sumedang, 9 Oktober 1978. Wanita jobolan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ukas Hasan Irawan dan Eni Kusmiani.

Rossa mewarisi bakat menyanyi yang sudah ia tunjukkan sejak kecil dari ibunya. Bahkan menginjak usia 10 tahun, Rossa sudah merilis sebuah album anak-anak berjudul "Untuk Sahabatku" (1988). Namun album tersebut gagal menyedot perhatian publik.

Nama Rossa melambung ketika ia merilis album dewasa pertamanya yang bertajuk "Nada Nada Cinta" (1996). Album yang mengusung single dengan judul yang sama, "Nada Nada Cinta" (!1996), meraih kesuksesan luar biasa dengan penjualan mencapai 750 ribu copy. Hal ini membuat "Nada Nada Cinta" disemati Diamond Award yang setara dengan 10 kali Platinum Award.

Album kedua Rossa, "Tegar" (2000), resmi dirilis. Single "Tegar" (2000) yang menjadi andalan pun sukses membawa Rossa sebagai "Most Favorite Female Artist" di ajang penghargaan "MTV Indonesia Awards 2000".

Respon positif publik membuat Rossa terus eksis di industri musik Indonesia dengan merilis beberapa album selanjutnya, yaitu "Kini" (2002), "Kembali" (2005) dan "Yang Terpilih" (2007). Album "Yang Terpilih" memuat lagu-lagu lama Rossa yang ia nyanyikan kembali dengan aransemen baru. Album ini mendapat respon hangat sampai ke negeri Jiran, Malaysia.

Rossa merilis album "Yang Terpilih" di Malaysia pada Mei 2007. Rilisnya album tersebut di Malaysia membawa lagu Rossa sebagai pemenang kategori "Lagu Bahasa Melayu Terbaik Dipersembahkan Oleh Artis Luar Negara" di ajang "Anugerah Industri Muzik ke-15" tahun 2009.

Suara emas Rossa mendapat kepercayaan dari Melly Goeslaw untuk membawakan lagu ciptaannya sebagai original soundtrack di film "Ayat-Ayat Cinta" (2008). Seakan tak mau berhenti berkarya, Rossa meneruskan karirnya dengan merilis album self-titled, "Rossa" (2009), "Harmoni Jalinan Nada & Cerita" (2010) dan "The Best of Rossa" (2011).

Kehidupan pribadi Rossa beberapa kali menjadi sorotan media infotainment. Pernikahannya dengan Yoyo Padi, yang sudah dikaruniai seorang anak bernama Rizky Langit Ramadhan, harus berakhir di meja perceraian. Rumah tangga yang mereka bina itu dinyatakan resmi bubar pada 14 Juli 2009.