Bahkan, jika aku tak mampu berucap, apa hatimu mampu membaca gelagatku?

Sabtu, 16 Februari 2013

Sebuah Cerita Klise, Tentang Cinta yang Tak Pernah Usai

05.53 Posted by Unknown No comments

Hai kamu, pujaan hatiku.
Tahukah kamu aku sangat menyayangimu?
Tahukan kamu betapa aku mengaharapmu?
Tahukah kamu betapa aku mencintamu?

Aku, berdiri disini,
Menunggumu, Menantikan kamu.
Tak pernahkah kamu tahu bahwa perasaan ku masih seperti yang dulu?
Masih sama seperti satu tahun lalu kita bertemu.
Sampai saat ini, sampai detik ini, aku masih mencintaimu.
Kamu, hanya kamu.
Tak pernah ada yang lain.

Apa kamu masih mengingat setiap saat bersamaku?
Saat ketika kamu datang ke kelasku dan kita belajar bersama di sudut perpustakaan dulu?
Aku masih mengingat semuanya, semua tentang kita.

Lalu apakah kamu masih menyimpan perasaan itu?
Seperti aku yang masih membungkus rapi semua rasa cinta dan kasih sayang ku untukmu.
Tidakkah ini adalah sebuah pengorbanan?
Sebuah pengorbanan ketika aku bersikeras menunggumu,
Membuang semua kebahagiaanku hanya untuk melihat kamu bahagia,
Membunuh semua perasaan lelaki lain yang menghampiriku.
Tidakkah kamu lihat pengorbananku?

Mengapa aku tak pernah bisa berhenti mencintaimu?
Mengapa Tuhan seakan tak pernah memberi ku izin untuk menyayangi laki-laki lain yang lebih mampu menjaga hatinya untukku?
Mengapa aku tak pernah bisa membuang jauh perasaanku?
Mengapa Tuhan hanya memilihkan kamu untukku?
Mengapa aku tak pernah punya pilihan ke dua?

Mungkin, ini hanya secercah pengorbanan cinta.
Bukan tentang cinta yang sesungguhnya,
Bukan pula tentang obsesi yang menggunung tinggi.
Ini hanya tentang sebuah ketulusan yang membara.
Tentang kobaran api yang tak pernah padam.
Tentang sebuah perasaan yang tak ada ujungnya.

Kau tahu?
Ketika kamu meninggalkanku, dengan semua harapan ditanganku,
Aku terduduk lesu,
Hatiku bertanya, menangis sejadi-jadinya.
Apa aku pernah berbuat salah padamu hingga kamu menyakiti aku?
Apa aku pernah melukai kamu hingga kamu dengan tanpa perasaan melukai hatiku?
Menggoreskan ujung pisau tajam itu di tengah-tengah hati yang telah kau lukai.
Apa kamu tak pernah mencintaiku?
Lalu, apa artinya semua harapan itu jika memang kau tak pernah menyayangiku?

Gadis itu bertahan,
Menunggu lelaki yang sampai saat ini ia sayangi.
Ia rela berkorban apa saja untuk laki-laki itu.
Ia rela menyakiti dirinya hanya untuk laki-laki itu.
Meski akhirnya ia harus dilukai -lagi-,
Meski ia harus.... Melukai bahkan membunuh perasaannya sendiri.
Sebutlah itu, pengorbananku.

Oleh : Siti Nur Hawa; kala malam mengingatkan aku tentang luka itu.

0 komentar:

Posting Komentar