Bahkan, jika aku tak mampu berucap, apa hatimu mampu membaca gelagatku?

Minggu, 10 Februari 2013

Jika (Aku dan Kamu)

23.30 Posted by Unknown No comments

Jika aku adalah kamu,
Apa yang akan ku lakukan?
Jika aku adalah aku,
Maka inilah yang ku lakukan.

Jika kamu adalah aku,
Apa yang akan kamu lakukan?
Jika kamu adalah kamu,
Maka seperti inikah yang kamu lakukan?

Ini bukan tentang bagaimana kamu menjadi aku,
Merasakan bagaimana sakitku, karena mu.
Ini hanya tentang bagaimana aku,
Merasakan semua sakitku, sendirian.

Oh tidak,
Ini tentang bagaimana aku yang ingin menjadi kamu.
Ketika cinta yang tiba, didepan mata,
Namun kita, tak pernah mampu menjadi kita yang sebenarnya.

Jika aku, adalah kamu,
Tak ada sedikitpun inginku menyakiti kamu.
Menyakiti suatu perasaan yang tak pernah ada ujung, tak bertepi.
Menyakiti suatu persamaan, yang sejak awal tak pernah ku sembunyikan, kepadamu.
Bukankah sejak awal aku telah mengakatakan hal itu?
Maka apakah kamu masih mempercayai aku jika seandainya aku masih menyimpan rasa itu?
Maka apakah kamu masih menyimpan perasaan yang sama?
Maka apakah kamu akan kecewa jika aku tak lagi menyimpan perasaan itu?

Jika aku, adalah kamu.
Maka aku akan tetap bertahan.
Bertumpu pada sebuah perasaan tak bertepi.
Walau aku dan kamu tak pernah menjadi kita,
Maka aku akan tetap bersama, menunggu hingga aku dan kamu menjadi kita.

Itu hanya sebuah perumpamaan,
Jika aku menjadi kamu,
Itu yang akan ku lakukan,
Pada kamu, pada hubungan kita.

Kini, aku, tetaplah menjadi aku.
Bertumpu pada sebuah perasaan,
Bertumpu pada sebuah harapan yang tak berujung,
Bertumpu pada kamu, pemilik hatiku.

Ini aku, bercerita tentang diriku,
Tentang aku yang tak pernah berhenti mengejarmu,
Tentang aku yang tak pernah berhenti menyayangi, kamu.

Ini adalah aku, yang selalu mempercayaimu.
Yang selalu menyanjungmu,
Yang selalu memperhatikan setiap gerak - gerikmu,
Inilah aku, yang selalu mencintaimu.

Ingatkah dulu kau pernah berucap?
Pernah berujar kepadaku tentang sebuah pengakuan.
Apa benar itu adalah tentang bagaimana perasaanmu padaku?
Benarkah itu adalah kejujuran tentang hatimu?

Lalu, mengapa kamu masih saja diam membisu ketika kamu tahu bahwa perasaanku pun sama denganmu?
Mengapa kamu masih saja kaku ketika bola hitam mataku bertemu dengan bola hitam matamu?

Jika kamu mengakui perasaanmu itu benar padaku,
Lalu, mengapa kamu berjalan dengan gadis yang lain?
Mengapa kamu beriringan dengan gadis itu?
Mengapa? Apa kamu benar menyukainya?
Hingga aku, aku yang telah berlabuh di hatimu, kau asingkan?
Apa itu yang namanya sayang?
Menerbangkan sayapku, namun tak pernah terbang bersamaku,
Itu yang kamu bilang suka?

Aku tak pernah mengerti,
Bagaimana sesungguhnya kamu memahami,
Memahami aku dan semua perasaanku.

Terakhir, inilah aku, yang selalu menunggumu.


"Ketika lelaki itu meninggalkan harapan yang telah dibuatnya, gadis mungil itu masih disana, menunggu angin menerbangkan luka hatinya yang menganga"

"Gadis kecil itu masih bertahan, bertumpu pada pahitnya ditinggalkan"

Oleh : Siti Nur Hawa; ketika kaset kejadian itu terputar cepat dan kamu menari-nari dalam otakku.

0 komentar:

Posting Komentar