Bahkan, jika aku tak mampu berucap, apa hatimu mampu membaca gelagatku?

Senin, 18 Januari 2016

Jangan

04.53 Posted by Unknown No comments

Kamu terlalu lama bersembunyi,
hingga jejak jejak kakimu tak ku lihat lagi.

Dalam hujan,
kenangan bersamamu terputar cepat,
aku cinta hujan; cinta kamu-pun.

Entah mengapa,
rasanya cinta tak pernah sesulit ini,
tak pernah pula serumit ini,
tak pernah pula...... sesakit ini.

Jangan datang,
jika hanya untuk bermain-main,
aku tak butuh.
Jangan datang,
jika hanya untuk persinggahan kesedihan,
aku juga ingin menemani saat bahagiamu.

Kamu terlalu mudah untuk datang dan pergi,
berkata rindu saat nyatanya tidak.
Tidakkah kamu berpikir?

Jangan datang,
jika hanya untuk membuka luka,
aku sudah cukup terluka sebelum kamu tiba.
Jangan datang,
hanya untuk memainkan ritme hidupku,
aku bukan mainanmu.

Jangan datang,
dan pergi,
sesuka hati,
perasaanku tak sebercanda itu.

Jangan menjadi berengsek yang datang dan kemudian pergi dengan mudahnya. Aku, tak butuh.

Sabtu, 09 Januari 2016

21.21 Posted by Unknown No comments

Aku mencintai orang yang mau duduk berdua menikmati kopi.

Di ujung senja.

Dengan sedikit percikan air langit.

Walau dingin,
kita akan saling menghangatkan.

Jumat, 08 Januari 2016

Kopi, 2

10.23 Posted by Unknown No comments

Malam ini ku hisap kembali aroma kopiku,
masih sama; seperti harum tubuhmu hari lalu.

Kita lama tak jumpa,

dan kamu tahu? Rindu.

Entah sejak kapan aku menjadi pecandu,
sebab saat aku merindukanmu,
ku nikmati kopi di cangkir keramik-ku
Rinduku setiap waktu,
itulah yang kusebut candu.

Malam ini begitu sesak ku rasa,
hingga sepagi ini aku masih tetap terjaga.

Karena,
Kamu mengajarkanku untuk bahagia dengan cara yang sederhana,
Hingga aku lupa,
Kamu bisa meninggalkanku kapan saja, sesederhana itu.

Bukan,
bukan aku tak lagi mencintai kopiku.
Aku hanya berusaha menutup rasaku; untuk kunikmati sendiri, tanpa perlu kamu tahu.

Ah, sudah kubilang sejak tadi,
entah dari kapan aku menjadi pecandu; pecandu kopi.

Pergilah,
pergilah sejauh yang kamu bisa.

Sebab malam ini kopiku terlalu pahit untuk kunikmati,
dan kamu hanya menjadi bayangan yang menghilang bersama asap yang tersembul dari kopiku.

Yang perlu kamu tahu,
Aku menyayangimu, dan akan selalu.

Kamis, 07 Januari 2016

Kopi; 1

06.34 Posted by Unknown No comments

Kepada yang dicinta, aku tidak pernah lupa menyelipkan namamu dalam doaku, semoga kamupun begitu.

**

Malam ini langit terlihat cerah. Entah mengapa, sedang berbahagia, mungkin?
Sama halnya seperti diriku di malam sunyi ini.
Aku bahagia,
ketika ku lihat di langit,
ribuan bintang bercahaya menemani rembulan.
Ah, yang paling membahagiakan adalah,
ku lihat kamu di ujung sana,
ya, bintang yang paling terang.

Aku bahagia,
setiap kali aku mampu berkabar denganmu.
Dan malam ini, rasanya bahagiaku lebih dari biasanya,

Kamu; alasanku untuk tetap bahagia.

**

Kamu adalah gula dalam kopiku,
yang selalu ku hisap aromanya setiap waktu.
Manis.

Kamu adalah gula dalam kopiku,
secangkir kepahitan hidupku terasa manis jika aku bersamamu.
Manis.

Kamu adalah gula dalam kopiku,
bagai candu yang menelusup ke dalam sistem syaraf pusatku.
Lagi, manis.

Kamu, pemanis hidup yang saat ini sedang Tuhan titipkan padaku.
Semoga, aku tidak lupa diri.

**

Aku, terlalu, biarlah begitu.
Kamu? Aku tak perduli. Yang jelas, aku, memang terlalu.

Senin, 22 September 2014

07.03 Posted by Unknown No comments

Jika yang kamu inginkan adalah kepergianku, maka aku akan pergi.

Sejatinya, cinta itu saling membahagiakan, begitu yang kubaca di setiap buku roman. Hah. Klasik. Nyatanya, kini cintaku hanya untuk membahagiakan sepihak. Ya, membahagiakan kamu.

Apa artinya jika berjuang sendirian?
Apa artinya jika berjalan sendirian?
Apa artinya jika..... mencintai sebelah pihak?

Aku mencintaimu, sayangnya, kamu tidak.

Apa kabar malam lalu, saat kau datang membawa harapan?
Dan...... Apa kabar malam ini, ketika kau hilang tanpa setapak jejak yang kau tinggalkan?

Semudah itu untuk pergi?

Apa kabar janji-janji yang dahulu kau ucapkan?

Ah, aku terlalu berharap.

***

Nyatanya, kamu tetap pergi dan tak lagi perduli,
pertanyaanku, apa salahku?

***

Sebab menjadi tidak peduli itu sulit, terlebih sakit. Jika kamu mampu tidak peduli padaku, tolong ajarkan aku untuk tidak juga peduli padamu.

Selamat malam, semoga hidupmu selalu bahagia.

Dan Aku Melupakanmu

00.36 Posted by Unknown No comments

   Karena yakin lah, cepat atau lambat aku tahu, akhir dari segalanya ini memang akan dan pasti ada. Rasa sayang ini memang tidak akan hilang dan akan selalu ada, akupun masih bisa merasakan nya. Tapi ini hanya berlaku untuk rasa sayang ku kepada mu, sayang. Kamu padaku? Aku rasa..... tidak.

   Karena kamu kini berbeda, pergi, dan tak ku kenal lagi. Aku tahu, ini semuanya aneh, bahkan saat kamu pergi aku masih disini, masih merasakan hal yang sama. Hal yang dulu bahkan hingga saat ini aku rasa, untuk kamu. Namun, kamu terus melangkah. Tak menoleh sedikitpun pada aku. Aku yang selalu hendak menggapaimu. Aku yang selalu berdiri dibelakangmu. Aku yang......

   Aku yang berjuang setiap harinya, karena rasa ini yang selalu menguatkan ku. Kadang atau bahkan seringkali kamu tak pernah menoleh atau mungkin menghargai perasaan ini, namun aku tak peduli dengan semuanya. Tapi kini... Aku tau aku salah, terlalu lama menahan rasa sakit hanya membuat ku semakin terlalu sayang kepadamu. Tapi sekarang? Masih ku coba untuk semuanya, karena... butuh proses...

   Jika kamu inginkan aku pergi, maka aku akan pergi. Jika kamu inginkan aku menjauh, maka aku akan jauh. Jika kamu inginkan aku meninggalkanmu, maka aku akan tinggalkan. Namun, tidak untuk sekarang. Tidak untuk saat ini yang nyatanya aku masih tak mampu. Tunggulah, tunggulah sekejap lagi. Bersabarlah. Bersabarlah sebentar lagi. Aku akan berlari, tak perduli lagi. Namun bukan sekarang, hingga saatnya nanti.

   Ya, bukan sekarang. Sekarang aku masih lelah, masih sakit, walau aku masih berusaha untuk bertahan, mempertahankan kamu. Tapi, apa aku masih bisa? Sulit..
Sekali masih aku bisa maafkan, dua, tiga, bahkan empat kali pun, pintu maaf ku selalu terbuka. Walau aku melihat semuanya dengan mata kepala aku sendiri, walau aku merasa sakit yang begitu, disini. Nyatanya, terlalu sulit jika kepercayaan sudah dirusak.

   Aku masih bertahan walau aku disakiti. Aku masih mampu mencinta walau dikhianati. Aku masih selalu menunggu walau kamu datang dan pergi. Apa tak ada rasa bersalah? Ketika yang ku tahu kamu bersamaku namun hatimu bukan untukku? Lalu? Mengapa? Mengapa kamu mau jika nyatanya tak ada cinta dalam hatimu?

   Aku rasa aku salah orang. Aku kira kamu berbeda. Aku tunggu kamu dan semuanya hilang.
Aku rasa aku memang salah orang, semuanya memang hanya omong kosong belaka, semua ucapan mu hanya tinggal ngiangan, janji mu itu.... ah sudahlah. Mana janji mu yang akan berusaha menjadikan aku orang pertama yang tahu kamu sudah menjadi seperti yang dulu lagi? Mana? Allah tau mana yang terbaik:)

   Dan kamu pergi, tak kembali. Lalu, mungkinkah nyatanya kamu bukan yang terbaik untukku? Tak apa. Aku tak apa-apa. Aku hanya menyayangkan, mengapa engkau mau jika nyatanya kau tak mau? Memberi harapan palsu? Ah, terimakasih, sayang. Aku cukup muak untuk sebuah harapan.

   Dan aku sudah tak mau lagi dengan semua harapan itu. Aku adalah lelaki yang pertama sakit karena harapanmu itu, maka layak jika aku harus kalah dengan semua keadaan ini; aku tak mampu.
   Terima kasih atas 2 tahun yang sangat berkesan. Tapi maaf jika aku harus menghapus kamu di pikiran ku, dan aku harus menghilangkan semua tentang kamu, atau akupun tak akan lagi mengenal mu. Aku sudah terlalu sakit, walau Tuhan tau itu bukan cara yang baik, tapi biarlah, ini cara ku untuk bisa menghapus semua tentang mu.

   Untuk kamu, dengarkan aku, sekali ini saja. Aku mencintaimu, dengan segala kekuranganku. Aku menyayangimu, dengan segala kemampuanku. Mungkin, kini semuanya telah berubah. Telah berganti. Rasa ini telah mati. Tapi, jika kamu masih membutuhkan aku, datanglah. Karena aku tak akan mendatangimu, lagi.

Sincerelly, yours.

Hawa und Medan.

Minggu, 17 Agustus 2014

08.20 Posted by Unknown No comments

Sedikit-sedikit lupa, sedikit-sedikit inget. Ya-elah.